Lihat ke Halaman Asli

Konsep Pendidikan Al-Ghazali

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Biografi al-Ghazali

Al Ghazali adalah nama yang sebenarnya sangat populer dan tidak asing lagi di kalangan muslim. Tokoh terkemuka dalam banyak bidang ilmu keislaman tersebut memiliki pengaruh besar dan pemikirannya telah menyebar ke seluruh dunia Islam bahkan lintas dunia. Riwayat hidup dan pendapat-pendapat beliau telah banyak diungkap dan dikaji oleh para cendikiawan baik dalam bahasa Arab, bahasa Inggris, maupun bahasa dunia lainnya, termasuk bahasa Indonesia. Karena itu, sudah selayaknya bagi para generasi sesudahnya untuk menggali dan mengkaji hasil pemikiran ulama’ terdahulu seperti al-Ghazali, sebagai upaya dalam menemukan dan mengembangkan pemikiran-pemikiran baru. Kenyataannya, kedua hal tersebut tetap sebagai kesatuan yang utuh dan satu sama lain tidak mungkin dipisahkan. Karena, ketika menyinggung soal intelektualitasnya, maka secara otomatis tentu terkait sekali dengan pribadi dan kehidupannya, begitupun sebaliknya.

Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M)--Dari sudut pandangan sufi, pendidikan juga merupakan media strategis untuk mengantar manusia menuju kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat. Manusia yang terlahir dalam fitrah yang suci, pertumbuhan dan perkembangannya tergantung pada pendidikan serta lingkungan yang membentuknya. Tetapi selain penting, pendidikan juga berat, karena menurut al-Ghazali hakekat ilmu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan diperolehnya nilai keutamaan sebagai tujuan tertinggi, hanya bisa dicapai bila pendidikan tidak sekedar untuk memperoleh kepandaian, kedudukan serta kekayaan.Pemerhati sejarah akan menemukan pemenggalan pembahasan tentang sejarah pendidikan era Islam.

Penulis-penulis sejarah pendidikan, terutama penulis-penulis Barat mengabaikan pendidikan yang diterapkan dalam masyarakat Islam. Sedikit sekali, bahkan bisa dikatakan nihil penulisan tentang pendidikan Islam itu. Kita lihat misalnya Paul Monroe, yang bukunya tergolong babon dalam sejarah pendidikan, hanya beberapa baris saja menyinggung tentang sejarah pendidikan Islam. Dan pada umumnya penulis Barat mengikuti jejak Monroe ini. Kendati begitu, tahun-tahun terakhir ini mulai muncul beberapa penulis sejarah pendidikan, semisal Joad dan Robert Ulich yang menyajikan beberapa bab dalam bukunya tentang pendidikan Islam, meskipun sangat tidak informatif. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh miskinnya informasi mereka tentang Islam, atau boleh jadi karena ketidakmampuan mereka membaca bahasa Arab atau kelangkaan penelitian masalah ketimuran. Mungkin juga disebabkan buku-buku tentang Islam tidak sampai di Barat, atau justru kembali pada sikap antipati yang memang menghinggapi kebanyakan orang Barat mengenai masalah ketimuran, terutama Islam.
Akhir-akhir ini ahli pendidikan Timur mulai mempelajari sejarah pendidikan Islam. Mereka melakukan berbagai penelitian dan menulis buku, antara lain Khalil Thuthih, Sayidah Asma Fahmi dan Dr. Ahmad Syalabi. Sangat diharapkan kebangkitan bersifat masif di dunia Arab ini merupakan pendorong para pelajar dan sejarahwan agar memusatkan sebagian aktivitasnya mempelajari warisan pendidikan Islam. Di situ akan segera diketahui sejarahnya berikut teori-teori yang diwariskan oleh para penulis dan filosof muslim yang kematangannya sudah mencapai tingkat tinggi, melebih ahli pendidikan Barat yang semasa atau yang datang beberapa abad kemudian.
belakangan beberapa ahli sejarah pendidikan Barat merasakan arti penting karya para penulis dan filosof muslim tentang pendidikan, seperti al-Ghazali, Ibn Sina, dan Ibn Khaldun. Hanya saja apa yang disebut dalam karya Barat modern itu tidak sebanding dengan kebesaran karya dan kematangan teori-teori yang diajukan. Sebagai contoh, Robert Ulich, seorang Guru Besar Sejarah pendidikan pada Harvard University menulis satu pasal dalam bukunya Three Thousand Years of Educational Wisdom tentang al-Ghazali dan Ibn Khaldun. Tapi hanya menerangkan biografinya dalam beberapa baris kutipan dan menyajikan beberapa kutipan dari buku al-Ghazali Ayyuha I-Walad dan Muqaddimah Ibn Khaldun, tanpa memberi komentar sedikitpun. Padahal Ulich termasuk sejarahwan Barat terpenting saat ini.
Bahasan buku ini, hanya dibatasi pada al-Ghazali, seorang filosof, pemimpin religius, dan reformer sosial yang sadar bahwa pendidikan yang benar merupakan sarana untuk menyebar keutamaan (fadhilah) diantara umat manusia. Dengan mensyaratkan menjadi lebih baik dan menjadi lebih utama. Meskipun banyak tulisan al-Ghazali tentang pendidikan, tetapi pokok pikirannya itu dapat dilihat dalam karyanya Ihya' Ulumuddin, Fatihat al-Ulum, dan Ayuha I-Walad. Di sinilah terhimpun fikiran-fikiran al-Ghazali mengenai pendidikan.
Pemikiran pendidikan al-Ghazali sejalan dengan filsafatnya yang religius dan sufistik. Dia merumuskan tujuan pendidikan secara jelas sesuai dengan filsafatnya, kemudian menerangkan pengetahuan-pengetahuan yang perlu diajarkan kepada anak yang sedang tumbuh agar dapat mencapai tujuan tersebut. Diterangkan pula bagaimana seharusnya hubungan antara guru dan murid, serta prinsip-prinsip yang harus dipegangi seorang guru dalam menunaikan tugasnya. Di samping ia telah merumuskan metode mengajar dengan garis amat tegas. Dengan itu, al-Ghazali telah meletakkan sistem pendidikan yang sempurna yang ditentukan dan dirumuskan atas dasar filsafat yang dianut.

Artikel Terkait


Pemikiran Imam al-Ghazali Tentang Pendidikan
Pengaruh Imam al-Ghazali dalam Dunia Pendidikan
Klasifikasi Ilmu Menurut Imam al-Ghazali
PEMIKIRAN AL-GHOZALI TENTANG DZIKIR AL MAUT
PERBANDINGAN PEMIKIRAN AL-GHAZALI DAN IBNU MISKAWAIH TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK PADA ANAK-ANAK
Makalah Pendidikan Menurut Konsep Al-Ghazali



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline