Lihat ke Halaman Asli

Tiga Prestasi Jawa Barat

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampurasun… Kemarin siang saya diberi kawan bahwa ada dialog TV One bersama Ustadz Jalaluddin Rakhmat atau Kang Jalal yang membincangkan calon pemimpin Jawa Barat.

Yang ditunggu muncul juga. Sambil mengetik saya melihat sosok cendekiawan yang juga Ketua Dewan Syura IJABI (Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia). Rambutnya kini sudah tidak gondrong. Wajahnya penuh ceria.

Saya teringat dengan yang diucapkannya dalam sebuah pengajian bahwa Kang Jalal tidak akan dipangkas (cukur) rambutnya kalau belum selesai desertasi untuk doktor riset bidang agama di Sekolah Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan.

Hmm….. Berarti penampilan kemarin dengan rambut rapi dan pendek sudah selesai penulisan desertasinya. Konon desertasinya mengupas pergeseran Sunnah Nabawiyah ke Sunnah Sahabat dengan analisa studi historiografi Islam yang sempat ditentang sejumlah tokoh Islam di Makassar.

Berarti, dengan beresnya desertasi, Kang Jalal menambah gelar doktornya menjadi dua: doktor politik dan doktor agama. Ginding sareng kabadanan ari Anjeuna anu nyangking eta gelar akademis. Jigana moal aya anu nyanggah yen Anjeuna: sosok penulis, ulama, sareng guru bagi Ijabiyyun (masyarakat dan anggota IJABI) di seluruh Indonesia.

Kembali lagi ke tontonan kemarin. Saya lihat Kang Jalal di TV One, Rabu siang (20 Februari 2013). Dalam dialog Pilgub itu, Kang Jalal menyebutkan Jawa Barat mempunyai tiga prestasi lima tahun terakhir di bawah kepemimpinan Aher-Dede (Ahmad Heryawan dan Dede Macan Yusuf).

Pertama, Jawa Barat termasuk salah satu propinsi terkorup di Indonesia berdasarkan laporan transparency international.

Kedua, propinsi paling intoleran terhadap warga minoritas (khususnya dalam agama). Sekira 80% intoleransi beragama terjadi di Jawa Barat. Kasus penyerangan Ahmadiyah (dan ini tambahan saya: Aher sempat juga ikut menyerukan sesat terhadap Syiah di Masjid Al-Fajr-Cijagra Bandung) dan Gubernur Jawa Barat menerbitkan SK Pelarangan Ahmadiyah.

Ketiga, transportasi semakin amburadul. Kemacetan di kawasan Bandung mulai menyaingi Jakarta dan kerusakan jalan di daerah-daerah Jawa Barat tidak cepat dibereskan.

Selain membincangkan prestasi buruk Jawa Barat, juga mengupas program para kandidat gubernur dan wakil gubernur--yang menurut Kang Jalal--sangat abstrak dan umum: mengentaskan kemiskinan, membuka lapangan kerja, pendidikan gratis, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil.

“Hanya satu calon (Rieke-Teten) yang secara eksplisit memasukkan korupsi dalam program yang didaftarkan,” kata Kang Jalal.

Di akhir acara, Kang Jalal berpesan bahwa pilihlah kandidat yang mempunyai jejak rekam jujur, bersih, dan tidak lepas tangan terhadap korupsi bawahannya. Kalau korupsi terjadi di tingkat kabupaten dan kota, bukan berarti propinsi tidak ikut bertanggung jawab.

“Isu primordialisme masyarakat Sunda,” kata Kang Jalal, “mementahkan isu korupsi atau masyarakat sudah tidak peduli dengan isu korupsi karena sudah terjadi di mana-mana secara berjamaah.”

Nah, warga Jawa Barat jangan asal nyoblos ya… nanti hari minggu: 24 Februari 2013. Jangan salah pilih, entar nyesel lho….




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline