Lihat ke Halaman Asli

Arif K Wijayanto

bangkoor.com

Ketika "Kami" Tertelan Zaman

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Aku sudah bukan lagi aku. Kamu bukan lagi kamu. Berdua aku dan kamu telah menjadi kita. Kukatakan pada mereka, "kami tlah menyatu" [dicukil dari Kepada Cinta: True Love Keeps no Secret penerbit Gagasmedia, dengan pengubahan]

Tanpa disadari, bergulirnya zaman secara tidak langsung ikut menggerus kebudayaan bangsa. Termasuk di dalamnya budaya berbahasa. Kemajuan zaman yang diikuti perkembangan teknologi, membawa pengaruh  yang pada akhirnya menciptakan kelompok masyarakat modern dengan kebudayaan yang baru pula. Sayangnya, kelompok masyarakat yang lebih jauh kita kenal sebagai kelompok masyarakat "gaul" ini menularkan budaya-budaya berbahasa yang sebenarnya kurang tepat - pada kelompok masyarakat lain. Budaya masyarakat "gaul" yang dengan ganasnya menggerus nilai-nilai budaya bangsa, semakin hari semakin kuat mengakar. Merayu, mempengaruhi, merasuki jiwa anak-anak, generasi muda bangsa ini.

Gaya bicara masyarakat "gaul" telah meretas masuk ke dalam hampir setiap sendi kehidupan. Bahkan sampai ke area formal. Tak jarang istilah-istilah "gaul" menggema dari mulut-mulut para pelaku politik, petinggi institusi, bahkan tenaga pendidik yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa.

Salah satu gaya berbahasa yang baru-baru ini seringkali kita jumpai adalah penggunaan kata "kita" yang secara sengaja mengambil alih posisi kata "kami". Malangnya, kata "kami" menjadi semakin langka terdengar. Termasuk dari pidato-pidato para petinggi negeri.

Berikut definisi kedua kata tersebut menurut artikata.com

Kita
1. 1 pronomina persona pertama jamak, yg berbicara bersama dng orang lain termasuk yg diajak bicara; 2 cak saya;
-- orang cak kita;
ke·ki·ta·an n 1 yg bersifat atau berciri kita; 2 kesatuan perasaan antara kita: fungsi ideologi membangun sikap ~; 3 sifat mementingkan kebersamaan dl menanggung suka duka (saling membantu, saling menolong, dsb)
Kami

3. yg berbicara bersama dng orang lain (tidak termasuk yg diajak berbicara); yg menulis atas nama kelompok, tidak termasuk pembaca;

4. yg berbicara (digunakan oleh orang besar, msl raja); yg menulis (digunakan oleh penulis)

Berdasarkan definisi tersebut, jelaslah perbedaan makna kata "kita" dan "kami". Contoh penggunaan kata "kita" dan "kami" yang tepat terdapat dalam cukilan naskah pada pembuka tulisan ini. Penggunaan kata "kita" secara tegas digunakan pada kalimat ketiga. Penggunaan kata "kami" secara tegas pula dijelaskan pada kalimat keempat.

Dalam beberapa bahasa asing, terutama Bahasa Inggris, memang kita ketahui tidak ada pembedaan makna pada kata "we", yang pada penggunaannya dapat berarti "kita" atau "kami". Pada Bahasa Indonesia, tentunya kita harus berbangga. Bahasa Indonesia secara khusus membedakan makna keduanya dengan masing-masing satu kata, "kita" dan "kami".

Namun, pada kehidupan sehari-hari, kata "kita" secara sengaja digunakan pada kalimat dengan konteks yang seharusnya menggunakan kata "kami". Pada kehidupan in-formal, tentu hal ini masih bisa dimaklumi. Selama proses komunikasi masih dapat berlangsung secara efektif. Namun apa jadinya bila penggunaan kata ganti yang kurang tepat ini dibawa ke ranah formal? Salah penafsiran adalah akibat yang paling mungkin muncul.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline