Lihat ke Halaman Asli

A KWardhani

Be + is Be Positive

Naik Gunung di Masa Pandemi, Baik atau Buruk?

Diperbarui: 22 Juli 2020   11:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alun-Alun Suryakencana, Gunung Gede, Bogor | dokpri

Naik gunung di masa pandemi - Hobi yang biasa disalurkan ketika jengah dengan kehidupan kota adalah hal positif yang didapat manfaatnya, bertambahnya ide baru, teman baru hingga pengalaman baru tak terlupakan. 

Terutama saat naik gunung, strata semua orang adalah sama ketika bertemu orang lain, tak peduli orang lain mau pakai brand supreme sekalipun, ketika ia dehidrasi butuh air untuk melangsungkan hidupnya. 

Niat untuk melakukan hobi naik gunung memang dari dalam diri masing-masing, semesta mengetahui ketika niatmu baik akan diberikan jalan yang baik dan manfaat positif. Jika niatmu jelek, maka karma akan berlaku.

Ngomong-ngomong soal naik gunung, rindu sangat terasa ketika berbulan-bulan harus mencoba menahan diri tidak memaksakan kehendak. Banyaknya wishlist gunung apa saja yang akan ditempuh tahun ini, namun masih harus mengucap kata sabar dan mengelus dada demi kenyamanan dan keselamatan mendaki. 

Masa pandemi, membuat semua orang merubah pola pikirnya saat ini, sudah mulai mengetahui mana yang prioritas tinggi dan mana yang bisa ditahan hingga tahun depan.

Tapi, sekedar berbagi, ada kalanya orang tidak tahan ingin melanjutkan hobi-hobinya yang tertunda semenjak wabah berlangsung. Ketika sudah ada aba-aba dari pemerintah daerah tentang kelonggaran masa PSBB, coba perhatikan ada baik dan buruk ketika kamu mencoba naik gunung di kondisi ini:

BAIK

  • Pilih jalur pendakian singkat sebagai latihan pemanasan, tubuhmu sudah terlalu lama di rumah
  • Semakin terasa kesejukan gunung karena berkurangnya orang yang mendaki, sehingga me time terasa lebih berkualitas
  • Terbiasa menjaga kebersihan, sehingga tentu ada kebiasaan baru yaitu tidak meninggalkan sampah di gunung

BURUK

  • Jika nakal dan mencari jalur ilegal, kamu akan di-black-list dalam kurun waktu yang membuatmu malah tidak bisa ke mana-mana
  • Jarak 1 meter, membuatmu tidak bisa lagi pedekate dengan si doi di gunung. Cari alternatif lain untuk berlibur bersama tanpa ada kontak fisik
  • Jika rekanmu sakit demam saat di atas gunung, akan dianggap potensi carrier virus. Padahal mungkin bisa saja ia patah hati. 

Jadi, kondisi transisi ini baiknya untuk kamu adalah melakukan olahraga rutin agar tubuhmu tetap bugar, sehingga saat sudah bisa dibuka untuk pendakian kamu sudah siap untuk meluapkan rindu di atas awan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline