Lihat ke Halaman Asli

Beny Akumo

Ingin menjadi pengusaha

Bule .........

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah sewajarnya kalau malam minggu atau weekend itu dipakai oleh para pekerja untuk bersantai, bersenang-senang, berkumpul dengan teman atau ketemu dengan pasangan untuk nonton, makan, melihat pameran, sekedar jalan-jalan di mall dan lain sebagainya. Untuk menghilangkan penat bekerja selama lima hari, maka diakhir minggu - walaupun mungkin kegiatannya pada saat weekend melebihi kegiatan dalam menjalankan pekerjaan hari-hari, namun tentunya mendatangkan kesenangan, refreshing otak, hati dan pikiran. Hal itu juga mungkin yang dialami oleh pembuat tagline "I Hate Monday", setelah refreshing selama akhir pekan, memasuki hari kerja di awal minggu merasa belum tune in "hati" dan "pikiran"nya ke dunia kerja lagi. Begitu juga dengan saya; jika sudah memasuki Jumat pagi, maka otak dan pikiran sudah memasang tagline "Thank God Its Friday" alias TGIF. Weekend, pada saat awal-awal masa kerja setelah lulus kuliah, masih bisa dinikmati bersama dengan teman-teman sesama perantau, satu almamater di universitas dari daerah asal saya, karena masih banyak yang belum menikah - baik yang jomblo ataupun sudah memiliki pasangan, namun tetap - kumpul di malam minggu adalah "kewajiban tidak tertulis", tidak bisa diganggu gugat. Pun malam minggu itu; setelah berkumpul pada rumah tinggal salah satu teman kami daerah Jakarta Selatan, maka diputuskan ngobrolnya dilanjutkan pada salah satu "warung tenda" Roti Bakar yang terkenal di jalan Fatmawati; waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari, kami bersembilan, menggunakan 2 (dua) kendaraan pribadi meluncur menuju ke lokasi. Warung Tenda Roti Bakar ini memang terkenal, walaupun waktu sudah menuju ke dini hari, masih saja ramai dikunjungi oleh pasangan-pasangan muda mudi, maupun rombongan pertemanan seperti halnya kami saat itu. Roti bakar dan penganan lain yang disediakan berseliweran dipesan oleh pengunjung, disamping itu juga suasana ramai dengan celotehan ketawa ketiwi pengunjung, lelaki maupun perempuan - rata-rata semua orang-orang muda yang datang dari berbagai kalangan dan status sosial (sayang pada saat itu belum ada jaringan wifi, mungkin jika sudah ada jaringan wifi, bertambah ramai dan panjang pula malam-malam di penghujung weekend pada saat itu). Di tempat itulah kami - saya dan teman-teman berlabuh, kongkow, melepas penat, dan cuci mata hehe ... iya dong cuci mata, secara banyak sekali makhluk-makhluk manis yang ikut nongkrong di warung tenda itu, apalagi kami adalah produk luar kota ... mohon maaf, jika di daerah asal kami perumpamaan nya adalah "susah mencari makhluk manis" tapi disini, di Jakarta perumpamaannya berubah menjadi "susah mencari makhluk tidak manis" hahaha ... dasar !! :p Setelah puas ngobrol, memindai-mindai sekitar atas kehadiran "makhluk manis" yang lajang atau yang datang beserta "monyet" nya (hehe...), maka bersiaplah kami pulang, menuju "basecamp". Posisi kendaraan jika hendak pulang adalah memundurkan kendaraan, saya (pada saat itu di dapuk untuk menjadi driver) mendapat giliran kedua untuk bergerak mundur, tapi baru saja badan mobil yang dipandu oleh Kang Parkir memasuki sedikit badan jalan, tiba-tiba "gubraaaaaaakkkkkkk ..." suara kencang terdengar, kemudian badan mobil goyang, semua penumpang kaget, dan sepintas melihat satu kendaraan yang melaju sangat kencang membelah jalanan Fatmawati malam itu, belum juga saya sadar ada apa, teman-teman di dalam mobil teriak "kejaarrrr kita ditabrak mobil itu ..." Secepat mungkin saya mensejajarkan kendaraan dengan jalanan dan langsung tancap gas menyusul kendaraan yang sudah menabrak kami, sementara kendaraan satunya mengikuti kami dari belakang. Susul menyusul terus terjadi, sampai di depan Komplek Subud; mobil penabrak memperlambat kendaraannya, dan langsung belok kiri, masuk ke gang / jalan kecil di sebrang Komplek Subud itu. Kami - dua kendaraan pun mengikuti nya dengan "napsu" dari belakang - namun karena jalanan sempit, kami tidak bisa menyalip kendaraan di depan kami, yang kami anggap saat itu "sengaja kabur" tidak mau bertanggung jawab, maka perlu diberi "pelajaran", maka jika pada saat itu wajah kami di abadikan, maka akan terlihat wajah-wajah tegang penuh amarah - angkara murka menghabisi si durjana hehehe ... Singkat cerita, akhirnya mobil yang kami "buntuti" berhenti di depan satu rumah, saya ambil posisi menghalangi dan berhenti di depan mobil tersebut, sedangkan kendaraan teman saya yang lain menjepit dari belakang, saya langsung loncat turun diikuti oleh dua orang teman yang lain - kami tidak berani langsung beramai-ramai merangsek, karena "di kampung orang" - salah-salah mungkin kami yang dihajar masa, ya khan? Mobil itu hanya berpenumpang satu orang, yaitu si pengemudi nya saja, kami minta dan kami ketuk kacanya sembari mengatakan "Turuunnnn ... ayo turuuunnn!!" tapi si pengemudi itu tidak juga mau turun, kaca mobil gelap, tidak terlihat wajah si pengemudi, diketuk-ketuk bahkan digedor, si pengemudi tetap tidak bergeming turun, kami coba paksa buka pintu kendaraan, terkunci, haduuuuhhhh ... Kami "ngoceh" tidak karuan di luar kendaraan nya, tapi pada akhirnya pintu kendaraan pun di buka, maka san [caption id="attachment_145545" align="alignright" width="320" caption="drunk-internet"][/caption] g pengemudi turun ... dengan gontaiiiii ... ya gontaiiii ... dan sosok itu adalah seorang bule,bule maboookkkk, dan dia tidak merasakan sama sekali bahwa kendaraan dia telah menabrak kami dengan sangat kencang, sehingga mengakibatkan kerusakan cukup parah di kendaraannya sendiri, menyebabkan pintu depan kiri dan belakang kiri kendaraan dia tidak bisa dibuka, sangking parahnya penyok / kerusakan itu. Apakah kendaraan yang saya kemudikan juga rusak hebat? Tidak sodara-sodara, ternyata kendaraan si bule mabok itu tepat mengenai "tulang" pojok belakang kanan kendaraan yang saya kendarai, dan hanya menyebabkan penyok sedikit, sekitar 7-8 cm dengan kedalaman 1 cm saja. Pada saat kami jelaskan bahwa dia telah menabrak kendaraan kami, dia tidak percaya sama sekali, dan untuk membuktikan bahwa dia telah menabrak maka saya bawa dia untuk melihat kerusakan di mobilnya, dengan mata terbelalak serta mabok yang belum hilang dia teriak teriak kencang "Ooohh my Goooddddd ... Oooohh my Gooooooddddd" hehe ... untung teriaknya bukan "Oh yes .. oh no .."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline