Lihat ke Halaman Asli

Beny Akumo

Ingin menjadi pengusaha

Ibu...

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13039033811446485341

Saya - empat bersaudara kandung, saya anak kedua, kakak saya laki-laki, dua adik di bawah saya perempuan. Umur kami berselang setahun masing-masing, kakak saya lahir tahun 69 bulan agustus, saya tahun 70 di bulan agustus, adik saya tahun 71 di bulan juli, dan adik saya paling kecil lahir tahun 73 bulan januari. Mungkin karena bapak saya suka minum minuman kesehatan "arak anak kijang" jadinya "jossssssssss...." masa nifas 3 bulan selesai langsung "jossss..." dan isi lagi-isi lagi ... Hehehe ... dulu saya inget Ibu saya pernah cerita kalau badannya sampe kurus karena hampir tiap tahun hamil, tidak ada masa istirahat, namun alhamdulillah semua anak-anaknya sehat walafiat pada saat kelahiran. Mungkin karena jarak lahir kami yang terlalu dekat, maka saya dengan kakak maupun adik saya tidak begitu dekat secara "hati", jadinya selalu berantem, apalagi dengan kakak saya - orangnya usilan, dan iseng, kalau dekat-dekat dengan saya selalu ada saja yang dia buat supaya saya marah, begitu juga dengan mulutnya - mulutnya tidak pernah berhenti bicara, dan bicaranya itu yang membuat kita (saya lebih pasnya) tersinggung, lalu marah, lalu berantem. Kata-kata yang keluar dari mulutnya itu bagi saya sangat menyakitkan, ya misalnya "ih ben jelek amat sih, kok nggak kayak andri gini yang ganteng" nahhhhh ... gimana nggak tersinggung? kalau bener saya yang jelek, tentu saya nggak tersinggung khan? lha ini khan kebalikannya hehehehehe ... Hampir setiap kita mau tidur - kebetulan saya dan kakak saya sampai dengan kami SMA (saya kelas 1) barulah kamar kami masing-masing, nah pada saat kita mau tidur pun bisa saja tiba-tiba terdengar "gedebag gedebug" pukul-pukulan antara saya dan kakak saya berantem, semua itu disebabkan oleh karena mulut dan omongan kakak saya yang selalu membuat saya marah, tersinggung atau merasa dilecehkan, hampir setiap malam, setiap hari. Apa pendapat Bapak atau Ibu saya dulu sekali itu? - saya ingat waktu itu saya masih SD kelas 1 mereka selalu bilang "udaaahhh, kamu sebagai adik ngalah aja, biarin aja kakak kamu seperti itu" dan apa jawaban saya pada saat itu kepada Ibu saya? "sakkiiiiiittt hati Beny Buuuuu ..." Hehehe ... lah? memang sakit hati kok saya kalau denger "kicauan" kakak saya. Pada saat kami sudah pisah kamar pun, masa-masa berantem pukul-pukulan pun masih ada, hingga suatu saat sangking Ibu saya sudah tidak tahan mendengar dan melihat anak-anaknya yang berantem kayak bukan saudara sekandung itu, tiba-tiba pergi ke dapur, tangan kiri membawa golok, tangan kanan membawa parang, dan dikasihkan kepada kami untuk masing-masing kami pegang "sudah sekalian aja kamu bunuh-bunuhan, tanggung kalau cuma pukul-pukulan seperti itu ... ayo ini pegang, pilih sendiri ..." dibegitukan saya dan kakak saya tidak bergerak untuk mengambil masing-masing satu senjata tajam itu, kami diam, dan kembali ke kamar masing-masing. Saya ingat hari itu adalah saat terakhir saya dan kakak saya berantem secara "full contact body", selanjutnya kebanyakan kami perang mulut, tapi apa kata orang bijak? "Mulut itu lebih perih dibanding sembilu" ... tapi tidak pernah ada "gedebag gedebug" lagi lho .... hanya kalimat-kalimat nyinyir yang saling "berbalas pantun". Mungkin hati kami saat Ibu bicara tentang "perang bratayudha" dengan memegang senjata tajam masing-masing luruh dan sedih melihat Ibu (mungkin) terkena tekanan bathin - karena disamping kata-kata Ibu yang meminta kami masing-masing memegang senjata tajam, Ibu kami juga bicara "sekalian aja bunuh Ibu, daripada Ibu tersiksa, jantung Ibu sakit ngeliat kamu pada berantem terus begitu ..." setelah bertahun-tahun selalu menyaksikan kami yang tidak pernah luput untuk tidak berantem secara "full contact body" maka pada malam itu adalah puncak nya Ibu kami memuntahkan "the last bullet" ... dan tembakan Ibu kami itu tepat mengenai jantung kami masing-masing, kami pun "luruh", lumpuh .... karena "cinta dan sayang" yang amat kuat terhadap Ibu makanya kami "mengesampingkan kebutuhan kami" untuk ber"full contact body". Saat ini Ibu kami, yang dahulu hampir setiap tahun hamil akan anak-anaknya, yang badannya sampai kurus karena harus tidak beristirahat mengandung hampir setiap tahun, yang selalu sabar menengahi kami yang berselisih dan berantem, yang berusaha melindungi kami dari kemarahan Bapak, yang selalu tidak pernah lupa dan lalai memanjatkan do'a nya selepas Shalat agar kami - anak-anak beliau, selalu diberikan yang terbaik dari Allah SWT, sudah berumur 67 tahun, yang saat ini sendirian mengarungi hidup karena kekasih hati beliau (Bapak) sudah lama meninggalkan beliau hidup sendiri ... semoga Ibu kami selalu diberikan kesehatan, selalu diberikan yang paling terbaik oleh Allah SWT, karena berkat do'a Ibu dan berkat asuhan beliau, kami semua kini merasakan (insya Allah) dikabulkannya do'a yang Ibu panjatkan kepada Allah SWT atas kami - anak-anaknya. Amin. Entah kenapa - sore ini sebegitu kangennya saya dengan Ibu .... [caption id="attachment_103675" align="alignleft" width="640" caption="Istri, Ibu, Anak (kol. Pribadi)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline