Lihat ke Halaman Asli

Beny Akumo

Ingin menjadi pengusaha

Indonesia Mencari Bakat (IMB)

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebelum saya meneruskan menulis mengenai Indonesia Mencari Bakat (IMB) yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia ini, saya mengawali dengan mengatakan bahwa apa yang saya tulis ini hanya sekedar pandangan pribadi saya sendiri, bagaimana berlangsungnya acara tersebut dan fenomena pilihan yang ada.

Indonesia Mencari Bakat (atau lebih dikenal dengan IMB) ini sepertinya meniru-niru dengan acara yang hampir mirip sama dengan apa yang terjadi di Negara Paman Sam sana, dengan nama program nya "America's Got Talent".

Memang dari beragam kebisaan, beragam keahlian ditampilkan di acara tersebut. Dari yang ahli sulap, ahli senam, ahli jejogedan, ahli nyanyi, ahli musik, pokoknya yang ahli-ahli, dari yang perseorangan maupun yang kelompok. Kalau melihat acara yang ditayangkan oleh Stasiun Televisi Swasta nya Amerika sana (saya lupa nama stasiun televisi itu) acara "AGT" atau America's Got Talent itu sangat menghibur dan memang bakat-bakat yang ditampilkan disana beragam dan cenderung sangat bagus, baik daris egi keahlian masing-masing individu maupun kelompok nya, dan tidak membosankan. Ditambah lagi dengan para juri yang mumpuni (ada istri Ozzy Osborne, ada pemeran utama film seri penjaga pantai, dan satunya lagi saya kurang paham - maklum bukan pengamat selebriti luaran). Pernah ada kelompok paduan suara yang satu keluarga (kakak beradik) berkulit hitam, yang tampil menyanyikan lagu kebangsaan negara tersebut, walaupun masih kanak-kanak, tapi lagu kebangsaan Amerika yang dinyanyikan mereka tidak menjadi kurang menarik dan tidak menjadi cemen, malah membuat (saya) merinding - sampai saat ini lagu-lagu kebangsaan negara-negara dunia hanya dua negara yang membuat saya merinding (jika dinyanyikan dengan baik) mendengarnya, yaitu lagu kebangsaan Indonesia Raya dan The Star Spangled Banner itu. Istri Ozzy Osborne sampai menangis (banyak juga dari penonton disana juga menangis haru), berdiri memberikan applaus yang tidak berhenti-berhenti, begitu juga dengan seluruh penontonnya yang berdiri dan memberikan applaus secara bersamaan, suara hebat, lagu hebat, penonton hebat. Sempurna.

Tidak hanya itu saja, peserta yang mempunyai keahlian "jejogedan" juga menurut saya penampilan mereka sempurna dan berkesan semua peserta adalah "profesional" dalam bidangnya. Namun siapa yang tahu? jika para peserta itu juga ada yang bukan profesional, namun menampilkan performa mereka secara profesional.

Berbicara mengenai Indonesia Mencari bakat (IMB), sudah memasuki sesion-sesion akhir, dan masih tersisa "Putri Ayu", "Brandon", "Klanting", dan "Hudson". Baiklah saya jabarkan keahlian mereka satu-persatu.

  1. Putri Ayu: keahlian tarik suara, gadis manis (baru 13 tahun) ini berasal dari medan - sumatera utara.
  2. Brandon: keahlian jejogedan, anak ganteng kecil (umur 8 atau 9 tahun) ini berasal dari surabaya.
  3. Klanting: keahlian musikalitas, kelompok pemusik jalanan ini berasal dari kota surabaya.
  4. Hudson: keahlian tarik suara, lelaki lajang ini berasal dari kota Jogjakarta.

Ulasan

  1. Kemampuan menyanyi Putri Ayu memang bisa dikatakan sangat baik, namun apa yang ditampilkan - jenis-jenis lagunya hanya itu-itu saja dengan irama seriosa, dan setiap nona manis ini tampil, kok saya merasa bosan?? Nilai plus lainnya adalah wajah si Putri Ayu yang memang ayu.
  2. Kemampuan Brandon jejogedan memang menarik, tapi itu untuk kalangan umur yang seumuran dengan Brandon, tapi jika di bandingkan dengan para pejoged-pejoged lain ya "kurang asyik" di lihat, disamping gerakan-gerakannya itu-itu saja, namun kareografer nya lah yang pinter mencarikan tema yang bagus buat anak seumuran Brandon, ditambah wajah imutnya yang disukai Ibu-Ibu, atau gadis-gadis, bahkan juri penilai "imut .." katanya begitu - ya mirip-mirip artis-artis korea atau jepang begitulah (walau masih kecil ya).
  3. Klanting, ini kelompok musik dari para pemusik-pemusik jalanan yang amat kreatif, membuat satu lagu menjadi lebih enak dan terkadang lebih bervariasi terdengar jika dimainkan oleh mereka, dengan gitar-gitar, bahkan celo juga ditambah dengan permainan "perkusi" buatan mereka sendiri sehingga apapun lagu yang dimainkan membuat penonton merasa sangat terhibur. Hanya satu kekurangan mereka - suara yang pas-pasan dari lead vocal, namun hal itu terkadang ditutup oleh "nyanyi bareng" dari semua anggota kelompok musik tersebut.
  4. Hudson, "wanita-pria" ini selalu berpenampilan separuh badannya wanita, dan separuh badannya lelaki. Kemampuan menyanyi nya hampir sama dengan Putri Ayu, bahkan jenis musiknya pun sama dengan Putri Ayu, yaitu seriosa, memilih lagu yang disesuaikan dengan jenis suaranya, yang tidak cepat, cenderung lambat membiarkan vibran-vibran suara bergelataran di udara, hanya saja nilai plus yang dibawa oleh Hudson adalah penampilan nya yang menarik - setengah wanita, setengah pria.

Sebelumnya sudah berguguran peserta yang menurut saya jauh lebih baik dan jauh lebih enak serta ada "feel"nya mengenai ke-Indonesia-an dibanding dengan penampilan Putri Ayu atau Brandon, yaitu: Group Tari Rumingkang dari Jawa Barat. Menari energik tidak selalu menari berdasarkan tari-tari kuno ciptaan para leluhur zaman dahulu, namun juga menarikan tarian-tarian yang benar-benar baru dengan kareografer yang apik tanpa meninggalkan nilai budaya Jawa Barat di situ.

Ada juga pemain musik Sasando dari Nusa Tenggara, lalu pemain piano / double pianist dari Surabaya, juga ada JP Melanix yang pintar bermain drum (khusus untuk JP Melanix memang penampilannya membosankan bagi yang tidak menyukai alat musik drum). Lalu Funky Papua yang merupakan group jejogedan asal Papua yang energik serta lucu dengan berbagai penampilannya yang disuguhkan secara baik.

Secara keseluruhan sampai dengan saat acara ini saya masih kurang paham, kenapa Putri Ayu dan Brandon masih bisa berada di panggung itu, melihat penampilan nya yang "biasa-biasa" saja, di bandingkan dengan Group Tari Rumingkang, atau JP Melanix, atau Funky Papua, atau permainan double pianist, atau bahkan permainan khas musik Sasando dari Nusa Tenggara itu?

Yah beginilah kalau yang menilai layak atau tidak nya peserta IMB ini melaju ke babak-babak selanjutnya hanya dari perolehan SMS - tanpa melihat kemampuan masing-masing peserta secara obyektif, bahkan mungkin dengan menyebar kan pengaruh "getok tular" ke para kenalan, kerabat peserta sehingga perolehan SMS tetap dalam posisi perolehan yang tinggi. Atau karena "penglihatan" yang hanya melihat kepada "kecantikan" atau "keimutan" peserta sehingga kemampuan sebenarnya dirasa mengikuti nilai wajah seseorang. Kalau sudah begitu, apakah wajar jika acara tersebut dinamakan "INDONESIA MENCARI BAKAT"?.

[caption id="attachment_251162" align="aligncenter" width="201" caption="klantink dari internet"][/caption] [caption id="attachment_251165" align="aligncenter" width="300" caption="rumingkang dari internet"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline