Awal mulai memasuki tahapan sekolah di SMP, cita-cita saya pengen banget jadi Arsitek, kenapa? karena melihat sepupu saya yang kuliah di Arsitek UGM, meja gambarnya oke banget, keliatan kereeeennnn gitu kalo ngebayangin saya ngegambar di meja gambar itu, dengan beragam macam pensil, penggaris, hitungan njlimet konstruksi bangunan, jalan atau jembatan, udah gitu pasti duitnya buaaaanyaaaakkkk banget ... gimana nggak kaya, orang katanya walaupun masih sekolah / kuliah aja udah bisa cari duit sendiri dengan bantuin ngegambarin konstruksi rumah, gedung, jembatan atau sekolah, atau masjid atau apapun itu yang dibangun diatas tanah ... cooollllll ...
Lalu cita-cita saya mulai pindah, pingin jadi insinyur teknik listrik - kalo cita-cita yang ini karena di"suruh" sepupu saya adiknya yang kuliah di Arsitektur UGM itu, saya kok ya he-eh he-eh aja, nggak ada penolakan. Katanya sih kalo jadi insinyur teknik kelistrikan itu keren, jarang ada orang yang mau ambil jurusan itu, karena jarang ada maka lulusan teknik kelistrikan jadi "spesial", jadi banyak yang mbutuhin tenaga nya, gaji jadi melambung tinggi, dikenal orang dan dan dan lain-lainnya yang kayaknya ok kalo diikutin ...
Dari cita-cita "suruhan" jadi Insinyur teknik kelistrikan, saya bergeser pingin jadi Pilot Penerbang TNI Angkatan Udara, kenapa? Suatu waktu dimasa sekolah SMA, saat liburan, saya diminta mendampingi Ibu untuk hadir ke pernikahan sepupu (yang lain) yang tinggal di Purworejo - Jawa Tengah. Dari Jakarta (tahun 1986), kami keluarga besar naik kereta bisnis ke Purworejo, pergi dan pulang ... nah, saat nya pulang ke Jakarta, di kereta itu saya bertemu - lebih tepatnya satu gerbong dengan dua orang Calon Perwira Angkatan Udara - badan ramping tegap, gagah, dengan segala pernak pernik seragam nya yang bikin saya berasa "ini guweeh bangeeeetttttt.." :p .... dan dalam perjalanan itu, mata saya tidak pernah lepas memperhatikan kedua calon perwira itu, sampai larut, sampai pagi, sampai Jakarta .... maka saya menetapkan dalam hati "SAYA HARUS JADI PENERBANG" ... maka tibalah kelas 3 SMA, memasuki akhir-akhir pendidikan SMA - kami (saya dan teman-teman) yang sama-sama "kesengsem" pingin jadi Perwira TNI, mulai mempersiapkan segala persyaratan umum untuk mendaftar Secapa TNI, termasuk persyaratan surat keterangan sehat dari dokter ... daaaaaaaaaaan petir kecil yang mengagetkan saya itu datang dari mulut sang dokter ahli jantung - diduga selaput jantung saya tidak normal, maka melayanglah cita-cita saya untuk menjadi Penerbang gagah TNI Angkatan Udara - penerbang sipil tak kalah gagah? Iya, tapi tetep persyaratan kesehatan tidak bisa saya penuhi ditambah gigi geraham saya mulai bolong-bolong ... "udah daftar ke kepolisian aja Ben", maaf saya nggak mau kalau di Kepolisian - walau mungkin "uang" nya lebih banyak dan cepet kaya kalau saya masuk ke Akabri Kepolisian (saat itu) ....
Menjelang sipenmaru (sistem penerimaan mahasiswa baru) tahun 1989, saya masih galau mau jadi apa untuk mewujudkan cita-cita seperti apa ... tapi tetep ikutan temen-temen kursus cara-cara mengikuti test sipenmaru, sampai akhirnya saya meilih 3 (tiga) pilihan jurusan keilmuan - pertama: fakultas pertanian, kedua: fakultas hukum, ketiga: fakultas sosial politik ... kenapa pertanian? Bapak saya orang pertanian, kakak lelaki saya ambil jurusan pertanian juga, jadi ngikutin mainstream aja ... kenapa memilih ketiga jurusan ilmu itu? pilihan sederhana saya: manapun itu yang bisa lulus, supaya saya tidak masuk kuliah di universitas swasta dan menyusahkan keuangan orangtua saya, maka saya buat jenjang tersulit, agak sulit, dan sulit....... selesai test Sipenmaru di Bandar Lampung, tanpa pingin tahu apakah bisa lulus Sipenmaru atau nggak - saya pergi ke Jakarta, masih galau dan mencoba mendaftar ke Akademi Ilmu Pelayaran dan Akademi apa itu di daerah Pasar Minggu, tapi kedua-duanya nggak jadi - batal demi hukum eh bukan, batal demi galau ......... Institut Kesenian Jakarta pun sempat saya lirik, tapi kok saya merasa nggak ngartis, nggak nyeni, makanya nggak jadi .... apalagi? daftar ke universitas swasta? Saya nggak berani, nggak berani nyusahin orangtua saya untuk minta uang kuliah yang super mahal kalau saya daftar ke universitas swasta semacem Trisakti .... pikiran saya adalah mendapatkan sekolah yang murah dan negeri, serta cepet kerja .......... akhirnya? saya pasrah menunggu pengumuman hasil ujian sipenmaru ...
Saya suka sekali membayangkan diri saya bisa terbang keliling dunia, bisa pergi jauh keliling dunia, bisa mengunjungi semua benua, dengan pesawat atau dengan kapal besar - apalagi dengan memakai pakaian kebesaran penerbang atau pakaian kebesaran sebagai nakhoda kapal besar ... gagah dan mbanggain ... ya walaupun sekarang saya gagal jadi penerbang, gagal jadi pelaut, tapi alhamdulillah (baru) dua benua pernah merasakan kehadiran saya :)
Apa hasil sipenmaru saya? Saya di terima di Fakultas Hukum Universitas Lampung, satu babak baru yang saya sendiri awalnya tidak membayangkan itu ............ selanjutnya mulai lah saya perlahan-lahan menyimpan lekat-lekat mimpi saya menjadi penerbang atau pelaut, mengubur dalam-dalam bayangan saya mengenakan pakaian seragam Secapa, memakai baju penerbang dengan segala brevet kebesarannya, memasuki kokpit pesawat saya, berkomunikasi dengan menara pengawas, salut di atas udara, merasakan dingin dan biru nya langit atau aroma samudra luas ................... lalu "menghijrahkan" cita-cita saya untuk menjadi seorang ahli hukum, and here I am .... an internal lawyer with passion as a wing man ..... :)
[caption id="attachment_360458" align="aligncenter" width="300" caption="wingman from internet"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H