Lihat ke Halaman Asli

Tertunda

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku berkata hanya menggantung di pangkal lidah

Mendesir di malam hari

Bertajuk rasa menjadi segenggam kerinduanyang retak

Menggores terlampau dalam

Cahayaku tak cukup memulihkan

Rasi bintang cancer mengikatku

Bukankah aku berdenyut

Mencecerkan darah demi menghidupi tubuhku

Tanganku tak mampu meraih

Kepalan jari lemasku berayun

Menghibur, rasa yang tertunda

Waktu tak mau segera menjawab

Kapan, jari manisku bebas menari

Meyetubuhi energimusik malam

Larut dan melebur dengan malam

Menghilangkan nafasku

Menguburrasaku yang selamanya dinasibkan ‘tertunda’

Memetik dua bintang malam

Dan mengadopsi pada kedua bola mataku

Agar esok langkahku tegak

Menemukan rasa yang tertunda menjadi nyata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline