Lihat ke Halaman Asli

Entah Kapan

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_118484" align="alignleft" width="300" caption="siapa (iko dok)"][/caption] berjalan tanpa rasa manis dan pahit sepertinya rasa ini semakin melebur dan tawar sebentar lagi aku tak biarkan itu terjadi langkah kecilku selalu ku hentakkan ke bumi agar rasa-rasa itu tak luntur bercampur asap pekat kota Jogja tertunduk lelah kapan .... bukankah sudah berjanji semua akan jatuh haruskah tak beralasan untuk memagut rindu yang bergelantungan di awan senja memekat...... hampir jatuh seterusnya hampir ....saja tak jatuh-jatuh..... kapan.... berdiri berucap bisik-bisik dengan penggoda malam aku ingin menjatuhkan diri ke awan-awan berayun-ayun dengan sepi melalang buana bersama rasi bintangku hanya mampir saja tak untuk tinggal lama haruskah mampir saja kapan .... stasiun perhentian masih samar-samar tertangkap sumbu rasa rasaku bercerita terus tanpa henti kapan .... tunggu saja kapan.... sampai kau bosan dan muak dengan dunia ini tapi,, ku yakin saat bosan menjadi jenuh akan ada sinar DIA tahu kapan waktu itu tiba untuk dinikmati

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline