Lihat ke Halaman Asli

Mungkin Akan Nyata?

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_125804" align="alignleft" width="224" caption="Membuang rasa )iko poto("][/caption]

Ketika malam diam dan berbisik pada jariku

Kau ingin menyapa dirinya? Tanya angin yang membawa hawa dingin

Tidak. Ketusku

Getar itu sontak membuat senyumku binggah mendadak

Keluhmu selalu menepi ketika pagi akan berganti

Aku bosan melihatmu

Kupu-kupu jiwa berterbangan sebentar melirik pada kita

Mereka cekikikan tertawa lirih

“manusia itu lucu”

Saling bertukar

Rasa

Halusnya rasa itu menampar kesepian yang tak henti berakhir

Semakin dalam

Waktu terlalu cepat melanjutkan kisah anak manusia ini

Silih berganti memang hukum alam

Ketika malam berdatangan ingin memelukku

Tanganku terdekap

Tak mau menerima kalian semua

Biarkan pagi segera dating menyinari wajahku

Agar sedihku terurai oleh mentari

Sepiku terbakar sinar sang siang

Roda yang berlari di sepanjang Malioboro

Rasa itu belum datang duduk disana

Uluran waktu hanya pendekar hari

Ku mau kau hilang saja

Aus bersama puing-puing sepimu

Tapi, jalur itu memaksaku mendengar lagi

Semakin mengenalmu tanpa inginku

Senja pun mulai tersenyum memanggilku

Untuk bercerita betapa indah jika mengenal dan memiliki

Aku pikir semua berakhir

Namun, pintu awal yang ternyata mulai terbuka

Sudahlah,,, aku tetap diam

Karena kau pun diam

Biarlah daun-daun yang menghijau menjawab

Bahwa dunia itu sempit adanya

satu yang pasti

kendiku tetap membuang rasa itu

dan dunia masih mampu mengisi penuh kendiku dengan rasa yang lebih manis




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline