Lihat ke Halaman Asli

Pitung... with Me

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_117620" align="alignleft" width="300" caption="putus deh (iko poto)"][/caption]

Wah bersama pitung serasa punya pacar baru. Pagi-pagi harus ongkel padahal aku ndak pernah ngongkel motor. Berkat pitung pinjem teman dan operan motor plat BE. Selasa ini  seminggu kisahku dengan pitung. Sebenere bukan pengen gaya atau apa. Satu alasan ngebet naik pitung karena aku pengen santai ketika berkendaraan motor dan menikmati Jogja dengan cara yang berbeda. Alias nunggangi pitung.

Banyak yang merauk dihariku bersama pitung. Motor keluaran tahun 1977 ini emang super irit satu liter untuk 3hari padahal aku ngelayap terus. Kadang rasa dongkol memenuhi dadaku. Sesek banget ketika hujan mengguyur deras, pitung tak mau nyala. Aku harus keluarkan tenaga ekstra untuk menghidupkan.

Ketika tergesa ke kampus waktu 5 menit saja. Eh, mati disaat mau menyebrang ke gang guru ampun. Mana kudu ngongkel lagi belom sarapan habis ini tenaga buat ngongkel pitung. Saat 15 menit waktu yang ada, harus nyampe di Kalasan tet. Pas diperempatan lampu hijau nyala. Eh, mati lagi. Tet, kring, krong, kreng, entah bunyi apa aja yang menyentak pitungku. Sebel. Sabar napa si. Bukannya dibantuin malah gawe mumet aja.

Inilah kesalahan negeri ini gak maju-maju karena Gusti mengerti hati manusia negeri ini. Melihat orang lain susah bukannya dibantuin malah dilindas aja. Emang gua pikirin. Siapa si loe. Baru naik motor dan mobil sedikit mewah saja, liat sesamannya kesusahan ndak peduli. Seorang perempuan yang berusaha minggir ke tepian jalan sebentar saja. Bunyi klakson menderu bak ombak pantai selatan ketika pasang disore hari.

Aku berpikir ke masa lalu. Kendaraan 30 tahun lalu yang kayak pitung ini pasti dimana-mana. Santai, kebut-kebutan tak seperti sekarang. Pada salah menggunakan kendaraan yang ada sekarang. Apa ya gunanya belajar di sekolah kalau kayak gini. Sikap peduli emang tak semudah membalikkan telapak tangan.

Hari ini genap 4 – 7 bersama pitung. Hal yang biasa aja, apa si spesialnya pitung. Tapi bagiku sudah mengajarkanku banyak hal akan kesadaran bahwa manusia itu batu. Bulan 4 (April) dan 7 hari tahun 2010. Langka. Aku yakin tak semua orang bisa mengalami ini. Sepatu baruku yang baru 2 minggu ku pakai putus. Namun tak apa sepatu putus bisa diperbaiki ataupun beli lagi. Tapi, nilai-nilai yang sudah pitung sumbangkan dihariku dan pengalaman bersamanya tak dapat dibeli oleh berapapun uang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline