Lihat ke Halaman Asli

Paket Peti Mati, Upaya Pembunuhan Karakter Zulhas

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta, Sejumlah kantor media menerima paket misterius berupa peti mati berisi tikus dan foto Zulkifli Hasan. Kemunculan paket misterius tersebut menandakan buruknya pertarungan politik menggunakan cara-cara kotor menjelang pelaksanaan Kongres Partai Amanat Nasional (PAN) di Bali akhir Februari 2015.

Mantan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Barisan Muda PAN Windiarto Kardono mengatakan, setiap momentum politik akan selalu kita jumpai isu-isu sumir dan kampanye hitam yang tidak mendidik seperti itu.

Cara berpolitik yang tidak baik seperti itu, lanjut Windi, bisa mendisorientasi, mendistorsi makna dan khittah bagi organisasi PAN. Meski begitu, sejujurnya para tokoh dan warga PAN sudah cukup matang menyikapi isu-isu sumir seperti itu. Pasalnya, PAN juga pernah menghadapi beberapa kali isu sumir sebelumnya, khususnya yang menyerang Ketua Umum Hatta Rajasa, seperti penyelewengan dana hibah kereta, isu Petral, serta jual beli hukum atas musibah tabrakan yang menimpa putranya, Rasyid Rajasa.

"Dan, sekarang jelang kongres PAN kita disuguhi kembali isu sumir pengiriman peti mati berisi tikus dan foto bang Zul. Tentu, bagi kader PAN kita akan tetap waspada dari upaya beberapa pihak yang ingin membuat proses konsolidasi PAN berjalan tidak mulus dan terpecah bela, tapi kami yakin partai yang terlahir dari rahim Reformasi ini akan tetap menjaga proses konsolidasinya,” ungkap salah satu pendiri sekolah kader Sekolah Politik Kerakyatan (KIBAR) tersebut.

Saat ini, menurut Windi, PAN akan lebih fokus pada upaya reunifikasi dengan mengakomodasi berbagai komponen kebangsaan, merevitalisasi sistem manajerial organisasi yang kemarin sempat tak terurus, serta menjaga proses regenerasi dengan kepemimpinan satu periode. “Sebab itu yang menjadi nilai lebih bagi PAN dibanding partai-partai lain yang tak memunculkan regenerasi dalam kepemimpinannya. Selain itu kita kuatir masyarakat akan menilai calon-calon pemimpin PAN hanya sebutan 4L (loe lagi loe lagi)".

Sementara itu pengamat politik Universitas Malikussaleh (UNIMAL), Lhokseumawe, Teuku Kemal Fasya mengatakan, cara-cara berpolitik seperti mengirimkan peti mati disertai tikus dan foto Zulkifli Hasan merupakan upaya pembunuhan karakter. Dia mengutuk cara-cara berpolitik seperti ini.

“Menurut hemat saya, maneuver politik seperti ini sangat buruk bagi masa depan politik di tanah air. PAN sebagai partai reformis sangat tidak elok jika dinodai dengan politik pembunuhan karakter, fitnah, dan kotor seperti itu,” ungkap Kemal, Jumat (23/1). Dia menambahkan, praktik berpolitik seperti ini jelas tidak baik bagi perjalanan PAN ke depan, terlebih bagi orang di luar partai yang melihatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline