Lihat ke Halaman Asli

Aksara Sulastri

Freelance Writer Cerpenis

Cerpen: Antara Sahabat, Aku, dan Bakul Pempek

Diperbarui: 23 November 2022   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar diambil dari Tokopedia

Sudah dua hari yang lalu, Niken membuat janji, aku menunggunya dari pukul setengah lima sore di pinggir jalan. Waktu ku terbuang sia-sia. Ia tidak kunjung datang. Terpaksa aku pergi tanpa di temani siapapun.

Meskipun sempat menggerutu sepanjang jalan, memasuki Toko Buku-- keluar dengan membawa buah tangan. Buku ini akan ku hadiahkan saja untuk Kakaknya.  Bagaimana nanti reaksi Niken? Setelah melihat hal ini.

Sesampainya di Parkiran motor, aku tak sengaja membaca gerobak keliling: Pempek. Tak jauh dari tempatku berdiri.

"Bang, berhenti!" Dengan suara menekan aku berhasil menghentikan bakul empek-empek.

Aku segera melajukan motor, turun, dan berdiri di samping gerobak.

"Bang, beli pempeknya." 

"Mau berapa porsi, Neng?" 

"Satu saja."

Aku memperhatikan di balik kaca gerobak, ada pempek isi daging, dan isi telor. Pempek itu baru saja diangkat dari penggorengan. Kemudian ada empat botol bekas sirup yang dijadikan tempat isi kuah pempek. Diletakkan paling pinggir di sebelah panci, kompor gas.

Bakul pempek tengah merajang mentimun hingga menjadi potongan yang tipis-tipis. Memotong pempek menjadi empat bagian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline