Lihat ke Halaman Asli

Aksara Sulastri

Freelance Writer Cerpenis

Cerpen: Bukan Pemilik Ikan

Diperbarui: 16 Januari 2022   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pri

 

Deburan ombak mengeluarkan nada gemericik air. Mengantarkan sekumpulan ikan, terjerat di jaring para nelayan.

"Alhamdulillah, sudah penuh." Ucap Wahyono ketika mengetahui jaring tangkapannya dipenuhi ikan.

Ia sudah membayangkan akan mendapatkan keuntungan berjibun. Wahyono menjajakan barang dagangan di sebuah kongsi bersama nelayan lain, sambil bersiul menantikan pelanggan.

Tak lama muncul seorang pria tambun berpakaian rapi mendatangi kios Pak Wahyono. Menanyakan apakah ada ikan segar yang bisa dibawa pulang. Lalu Wahyono menunjukkan beberapa jenis ikan tangkapannya di dalam wadah ember bekas cat.

"Saya ingin memborong semua ikan ini," ujarnya.

Dengan tatapan tegas saudagar kaya berkata, dengan kening mengkerut Wahyono tak percaya. Ia begitu girang mendengarnya. Kembali tanpa tangan kosong, istrinya akan menyambut dengan wajah berseri-seri. Pada kenyataannya tak sesuai harapan. Penghasilan yang diperoleh tak sesuai dengan jumlah ikan yang didapatkan.

Yang seharusnya harga per kilo 30 ribu, saudagar kaya itu hanya membayar setengahnya.  Raut wajah Wahyono tampak sedih ketika saudagar kaya itu memberikan tumpukan uang. Serta merebut paksa ikan tangkapannya dengan dibantu kedua suruhannya yang berbadan kekar.

Saudagar kaya itu bernama, Sultan Thamrin. Memiliki empat orang anak serta dikenal sebagai orang terpandang di pantai Menganti. Yang memiliki sepuluh perahu untuk disewakan para nelayan yang mencari mata pencaharian.

Orangnya terkenal keras dan suka menindas rakyat kecil demi keuntungan pribadi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline