Jalanan macet, Vera gadis remaja berambut pirang menggerutu. Semestinya dia keluar lebih awal namun Leo pacarnya datang terlambat. Tak sesuai jam janjian pertemuan yang mereka rencanakan.
"Ini salahmu, emas. Coba lewat sini pas sore, pasti belum seramai ini."
Leo yang tak terima disalahkan pacarnya, menegur.
"Dek, dek... Dandan-mu itu yang lama. Apa-apa serba emas yang salah," dengan menekan klakson motor.
Vera bergeming, seseorang yang berada di depannya berkata, "Sabar, emas."
Entah sudah berapa lama, angka spidometer belum juga memutar. Suasana malam yang bising, menekan gas bersaut seperti menyala nada pesan balasan.
Leo memilih menepi ke sebuah warung angkringan Sego Megono Bapak Toip, memesan dua teh hangat, juga memesan satu piring nasi megono untuk mengganjal perut.
Setengah jam berada di tempat itu, Vera meminta Leo untuk bangkit. Malam tahun baru keduanya, ingin ke sebuah tempat. Alun-alun kota Pekalongan duduk di sebuah taman sambil menunggu nyala kembang api.
Jalanan bisa dilewati, roda kendaraan melaju, semua kembali normal. Vera bisa bernapas lega. Aktivitas kendaraan bermotor malam tahun baru ini kebanyakan para remaja.
Tiba-tiba ada seseorang ban motornya kempes. Leo memilih membantu, tampak perempuan menggendong anak balita tengah terlelap. Vera tak sabar, akan tetapi hatinya merasa kasihan.