Lihat ke Halaman Asli

Rudy Santoso

Writer, Memoaris, Influencer, Property Advisor.

Menulis adalah Terapi 3 - Berguru pada Huruf

Diperbarui: 10 Maret 2024   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pribadi

Menulis adalah Terapi 3 - Berguru pada Huruf."

~. Huruf adalah Guru Setiap Penulis.

Kemampuan utama yang menjadi Fondasi seorang penulis adalah membaca, membaca yang komplek, imajinatif, berdaya kreatif, dan bukan kemampuan menulis itu sendiri.

 

Sebagian orang berupaya beralih menjadi seorang penulis, beberapa pertanyaan muncul tentang menulis. Mengapa sebagian orang atau individu beralih untuk menulis? Apa yang menjadi sangat bernilai dan berharga dari huruf-huruf yang menjadi sebuah tulisan? Buat apa orang menulis dan mengapa orang mau menulis? Pertanyaan tersebut yang sering muncul tanpa disadari oleh penulis itu sendiri. Ada beberapa pandangan dan pendapat kenapa seseorang mau menjadi penulis dan apa tujuan orang mau menulis.

Pemahaman pertama, bahwa menulis untuk menyelesaikan dan mengatur hidup lebih efektif. Pada dasarnya akan mampu memanagemen hidup, mampu mengoreksi narasi untuk diri sendiri. Mempunyai kemampuan untuk mengubah 'peta realitas mental’ disebut juga 'skema' atau rencana hidup. Dengan terbiasa mempunyai skema atau rencana hidup otomatis dapat menjalani hidup ke depan lebih positif dan tertata.

Yang kedua bahwa menulis adalah terapi, menulis menjadi sebuah terapi penyembuhan dari traumatic dan mempunyai efek penyembuhan atau 'terapeutik'. Dengan menulis akan sembuh dari trauma, berkurangnya rasa sakit fisik dan emosional pasca trauma. Narasi terapeutik jelas merupakan jenis narasi atau cerita tertulis atau lisan yang mendorong penyembuhan fisik atau mental. Terapi menulis di sisi lain adalah sebuah sistem menulis apa pun yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis.

Yang ketiga sebagian orang menulis sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kehidupan penulis, dengan terjualnya ratusan dan bahkan ribuan eksemplar buku hasil karya penulis. Membuat seseorang menjadi kreatif untuk berpikir, bahkan memunculkan sebuah ide menjadi sebuah karya tulis. Menuangkan tulisan menjadi sebuah novel atau karya tulis lainnya, dan tidak bisa dipungkiri sebagian besar tulisan menjadi sebuah karya hanya untuk kepentingan laba, laku terjual dan mempunyai nilai harga. Dampak positif lainnya menulis meningkatkan kecerdasan emosional dan potensi berpikir kreatif.

Dalam buku yang ditulis oleh M. Fauzi Syukri berjudul Berguru Pada Huruf (Penerbit Diomedia), kemampuan utama yang menjadi fondasi seorang penulis adalah membaca dan membaca. Membaca yang komplek, imajinatif dan kreatif, dan mempunyai kecepatan membaca seiring dengan system kerja mata, otak dan hati penulis. Selain kemampuan utama tersebut diperlukan pemahaman akan estetika huruf, sudah menjadi pemahaman bagi para penulis bahwa Huruf adalah Guru setiap Penulis. Penguasaan tentang teknik dasar menulis yang didukung pemahaman untuk mengenal aksara/huruf, seiring dengan budaya ekstase membaca setiap penulis. Penguasaan teknik dasar harus di sertai dengan latihan menulis secara konsisten, mengasah daya kreatif dan kemampuan jelajah imajinasi akan menghasilkan tulisan yang kreatif dan imajinatif yang akan melahirkan seorang pembaca yang produktif. Yang terpenting lagi bagi seorang penulis adalah totalitas kemampuan untuk menghidupi tulisan dan membuat hidup tulisan demi tulisan yang disebut Etos berhidup. Dalam hal ini setiap penulis disarankan untuk mampu menghidupi kata demi kata, tulisan demi tulisan, sehingga menjadi sebuah karya yang mempunyai roh huruf demi huruf dan melahirkan tulisan yang imajinatif dan kreatif.

“Aku menulis tidak hanya dengan tanganku, tegas, bebas dan berani kakiku. Berjalan melintasi halaman dan lembaran.” Oleh Friedrich Nietzcshe – Menulis dengan kaki. Seorang penulis tidak hanya menggunakan tangannya bahkan menggerakkan kaki, pergi ke perpustakaan, toko buku, menguatkan referensi, semua dilakukan karena keyakinannya untuk menghasilkan karyanya. Dalam penulisan sebuah karya ini-lah yang menunjukan sebuah proses menulis, sejarah penulis yang menunjukan kepercayaannya dan keuletan kata demi kata sampai menjadi sebuah karya tulis atau buku. Gerakan atau respon seluruh tubuh, bukan hanya jari-jari tangan adalah proses maha penting dalam pembentukan menjadi seorang penulis. Inilah yang disebut Etos menghidupkan seorang penulis.

Tuhan telah memberikan pelajaran, ilmunya berupa huruf-huruf yang diturunkan sejak jaman para utusan atau nabi. Apa gunanya Tuhan telah memberikan inspirasi yang sangat luas, melimpah ruah ke dalam pikiran kita, jiwa kita dan hati kita? Jika kita tidak bisa mewujudkan inspirasi itu dengan mengeksekusi, mengejewantah-kan, dan menuangkan dalam tulisan. Untuk apa seorang penulis tidak bisa menuangkan tulisannya meskipun hanya sepuluh menit saja? Seorang penulis membutuhkan waktu yang panjang untuk berlatih, mengasah tulisannya dengan daya imajinasi dan kreatifitasnya dengan mengikuti even yang ada.  Yang akan melahirkan sebuah karya tulis yang kreatif dan imajinatif, otomatis akan menarik minat daya tarik pembaca. Tentunya sebuah tulisan akan melahirkan seorang pembaca. Pembaca yang komplek, kreatif dan imajinatif seiring dengan kerja mata, otak dan hati pembaca.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline