Lihat ke Halaman Asli

Persada Kasih Aksara Binar

Social Educational Community

Menghidupkan Tradisi Keagamaan di Tengah Generasi Digital: Apakah Kita Mulai Melupakannya?

Diperbarui: 23 Januari 2025   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Anak Muda Bermain Ponsel (Sumber: Pinterest/Freedom)

               Kemajuan teknologi dan perkembangan era digital telah membawa perubahan besar dalam cara hidup manusia. Generasi digital, atau generasi yang tumbuh di tengah perkembangan teknologi informasi, menikmati kemudahan akses informasi dan komunikasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, di balik semua manfaat ini, muncul kekhawatiran bahwa tradisi keagamaan mulai terpinggirkan dalam kehidupan sehari-hari.

            Tradisi keagamaan sering kali menjadi bagian penting dari identitas budaya dan moral suatu masyarakat. Namun, dalam era digital, fokus anak muda cenderung bergeser dari aktivitas tradisional ke kegiatan yang lebih berbasis teknologi, seperti media sosial, game online, atau konten hiburan digital. Penurunan partisipasi dalam kegiatan keagamaan, seperti pengajian, misa, atau upacara adat, menjadi tanda bahwa generasi muda mungkin mulai kehilangan keterikatan mereka dengan nilai-nilai tradisional.

          Teknologi sebenarnya dapat menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, media digital dapat digunakan untuk menyebarkan ajaran agama, mengadakan ibadah virtual, atau memberikan pendidikan keagamaan secara daring. Di sisi lain, kecanduan teknologi dapat mengalihkan perhatian generasi muda dari praktik spiritual yang mendalam.

         Sebagai contoh, platform seperti YouTube dan Instagram telah digunakan oleh beberapa pemuka agama untuk menyampaikan pesan-pesan spiritual. Namun, apakah ini cukup menggantikan pengalaman langsung seperti doa bersama atau ritual keagamaan yang melibatkan komunitas?

Pentingnya Pendidikan dan Teladan

          Orang tua, guru, dan pemimpin agama memiliki peran penting dalam menjaga relevansi tradisi keagamaan di tengah gempuran digital. Pendidikan agama yang kreatif dan relevan dengan konteks zaman dapat membantu generasi muda memahami pentingnya tradisi tersebut dalam kehidupan mereka. Misalnya, pengajaran agama bisa dikombinasikan dengan teknologi, seperti melalui aplikasi belajar interaktif atau program animasi yang menceritakan kisah-kisah keagamaan.

          Selain itu, penting bagi orang dewasa untuk menjadi teladan dalam menjalankan tradisi keagamaan. Anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat. Jika orang tua dan komunitas menunjukkan dedikasi terhadap tradisi agama, generasi muda akan lebih mungkin mengadopsinya.

Menemukan Keseimbangan

            Tidak realistis untuk berharap generasi digital meninggalkan teknologi demi tradisi keagamaan. Yang lebih penting adalah menemukan keseimbangan antara keduanya. Generasi muda perlu diajarkan bagaimana memanfaatkan teknologi untuk mendukung kehidupan spiritual mereka, bukan menggantikannya. Misalnya, mengadakan diskusi agama di grup WhatsApp keluarga, menghadiri seminar virtual tentang nilai-nilai moral, atau mendengarkan podcast keagamaan saat bepergian.

             Tradisi keagamaan adalah bagian tak terpisahkan dari identitas dan kesejahteraan spiritual manusia. Di tengah arus digitalisasi yang begitu kuat, penting untuk tidak melupakan akar budaya dan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh generasi sebelumnya. Dengan pendekatan yang bijaksana dan adaptif, kita dapat menghidupkan kembali tradisi keagamaan, bahkan di tengah generasi digital yang terus berkembang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline