Lihat ke Halaman Asli

Mahalnya Air di Turgo Pasca Erupsi Merapi

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahalnya Air di Turgo Pasca Erupsi Merapi

Erupsi Gunung Merapi 2010 meninggalkan jejak kurang sedap bagi warga Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kenapa kurang sedap? Karena dampak erupsi Merapi membuat Dusun Turgo jadi terisolir setelah Jembatan Tritis jebol dan hilang akibat diterjang banjir lahar dingin. Selain terisolir, warga Turgo juga harus menghadapi banyak persolan karena aneka sumber daya daerah setempat rusak akibat erupsi merapi. Bukan hanya infrastruktur jembatan dan tanaman pertanian yang rusak, tapi jaringan air yang menjadi sumber penghidupan warga juga rusak berantakan akibat diterjang lahar dingin Kali Boyong.

Ketika status Merapi diturunkan dari 'Awas Merapi' menjadi 'Siaga Merapi', mereka memang lega karena bisa pulang kembali ke rumah masing-masing. "Lega rasanya karena bisa pulang ke rumah lagi. Di pengungsian seperti tersiksa, pikiran gak tenang," ujar Sugeng salah seorang penduduk Turgo kepada Aksara.

Namun kelegaan mereka rupanya harus dipendam lagi. Masalahnya, sesampainya di rumah, warga Turgo (154 KK) tidak bisa memperoleh air karena jaringan air minum lokal berantakan di terjang lahar dingin. Kalau warga Turgo ingin tetap hidup, mau tak mau mereka  harus segera memperbaiki jaringan air minumnya karena hanya dari air lereng Merapi itulah warga Turgo bisa memperoleh air untuk memenuhi kebutuhuan sehari-hari. Karena itu, warga Turgo bergegas gotong royong untuk memperbaiki jaringan air mereka.

Untuk membangun kembali jaringan air minum di Turgo ternyata tidak mudah. Selain harus mencari pipa baru, lokasinya juga sulit  dijangkau karena mata airnya berada di lereng gunung yang terjal, yakni di mata air Candi sekitar 5 Km dari puncak Gunung Merapi.

Setelah berkerja keras dengan gotong royong dalam beberapa hari, warga Turgo akhirnya berhasil menyelesaikan perbaikan jaringan pipa sepanjang 1.200 meter, yakni dari mata air Candi hingga ke bak penampung di bukit Turgo. Sayangnya, pipa yang dipakai hanya berbahan plastik.

Menurut penduduk, jaringan pipa yang menghubungkan mata air Candi dengan bak penampung di bukit Turgo, semestinya menggunakan pipa logam yang memiliki daya tahan tinggi dari gangguan alam. Namun, karena tak memiliki pipa logam, warga Turgo terpaksa menggunakan pipa seadanya berbahan plastik dengan diameter 3 inch. "Kita ini sudah tidak punya penghasilan apa-apa. Tanaman salak rusak, tanaman kopi juga, produksi susu turun drastis karena sapi-sapi penduduk pada sakit,'' keluh warga di sela-sela gotong royong.

Kendati menggunakan pipa seadanya, warga akhirnya berhasil menyelesaikan perbaikan jaringan pipa dari mata air Candi hingga ke bak penampung di bukit Turgo. Dari bak penampung air di bukit Turgo itulah, hasil tampungan air dari Candi akan dibagikan kepada setiap perumahan penduduk satu dusun, terdiri 154 KK atau 460 jiwa.

Warga Turgo sempat lega karena air dari Candi bisa mengalir lagi ke perumahan warga setempat. Namun kebahagiaan warga Turgo itu tidak bertahan lama karena jaringan pipa mereka suka ngadat. Pipanya sering jebol karena tak kuat menahan derasnya tekanan air. Karuan saja, mereka harus gotong royong lagi. Celakanya, meski sudah diperbaiki beberapa kali, jaringan air warga Turgo itu tetap masih ngadat karena pipanya jebol. "Pipanya perlu diganti dari logam. Tapi pipa siapa yang boleh dipakai di sini?," ujar Mulyadi, salah seorang warga Turgo.(SUTRISNO BUDIHARTO)

ADAKAH YANG SIAP MEMBANTU WARGA TURGO? JIKA ADA BISA KONTAK MULYADI [TAGANA TURGO - 085 729 300 369 ]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline