Lihat ke Halaman Asli

Aksan Nuranisya

Seorang Pekerja

Mengamati Ibu

Diperbarui: 6 Mei 2024   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di siku kamar, 06 Mei XX24

Kemarin adalah hari ibuku

Ia mengulang tanggal ke enam satu

Minggu yang syahdu

Mengapa begitu cepat berlalu?


Hari semakin memakan sisa usia ibu

Giginya berjendela lebih dari satu

Tubuhnya jadi tak setangguh dahulu

Rambutnya? Ah, semakin setipis tisu


Ibu mengamatiku sepanjang usia

Ibu mendoakan sepanjang usia

Ibu membersamaiku sepanjang usia

Sedangkan aku, hanya ada di setengah perjalanan hidupnya


Ibu paling sabar di dunia anaknya

Marahnya tak pernah sanggup lama

Senyum baginya itulah yang utama

Entah di mana ia sembunyikan angin ributnya


Apakah ibu sembunyikan di kulit keriputnya?

Atau mungkin ibu sengaja melahapnya?

Agar anak-anaknya tetap baik, bahagia, sehat dan terjaga dalam doa

Ah, pantas saja surga ada di telapak kakinya


Aku ingin berlama-lama mengamati Ibu

Tolong beri aku lebih banyak waktu

Walaupun aku harus mati-matian berkejaran dengan usianya

Tak apa, sebab dulu pun ibu sampai nangis darah demi menghidupi anak-anaknya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline