Di siku kamar, 06 Mei XX24
Kemarin adalah hari ibuku
Ia mengulang tanggal ke enam satu
Minggu yang syahdu
Mengapa begitu cepat berlalu?
Hari semakin memakan sisa usia ibu
Giginya berjendela lebih dari satu
Tubuhnya jadi tak setangguh dahulu
Rambutnya? Ah, semakin setipis tisu
Ibu mengamatiku sepanjang usia
Ibu mendoakan sepanjang usia
Ibu membersamaiku sepanjang usia
Sedangkan aku, hanya ada di setengah perjalanan hidupnya
Ibu paling sabar di dunia anaknya
Marahnya tak pernah sanggup lama
Senyum baginya itulah yang utama
Entah di mana ia sembunyikan angin ributnya
Apakah ibu sembunyikan di kulit keriputnya?
Atau mungkin ibu sengaja melahapnya?
Agar anak-anaknya tetap baik, bahagia, sehat dan terjaga dalam doa
Ah, pantas saja surga ada di telapak kakinya
Aku ingin berlama-lama mengamati Ibu
Tolong beri aku lebih banyak waktu
Walaupun aku harus mati-matian berkejaran dengan usianya
Tak apa, sebab dulu pun ibu sampai nangis darah demi menghidupi anak-anaknya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H