Lihat ke Halaman Asli

Mubaligh Wahyu NH Aly Berharap Rhoma Dipenjara Agar Menjadi Teladan

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1344543852437227003

Tanya: Apa pandangan Gus Wahyu tentang kasus yang sedang dihadapi Bang Haji (Rhoma Irama) terkait ceramahnya di Masjid Al Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat? Jawab: Isi ceramahnya saya belum tahu pasti seperti apa. Tapi saya sudah mendengar dan membaca sedikit di media. Barangkali Mas Akrom bisa menyampaikan isi ceramahnya? Tanya: Iya, Gus. Persis kebenaran isi ceramahnya masih agak simpang siur. Terlepas benar dan tidaknya, di media ramai yang menjadi masalah isi ceramah Bang Haji yang demikian (saya membacakannya yang saya kutip dari centroone.com): "Memilih pemimpin bukan hanya soal politik, tapi sudah termasuk ibadah(baca ayat) hai orang-orang yang beriman jangan sekali-sekali kau mengangkat pemimpin dari orang-orang kafir disamping orang-orang yang beriman (ayat lagi) kalau memilih pemimpin yang non muslim maka sanksinya adalah mendapat azab dari Allah SWT, diperbolehkan menggunakan yang namanya SARA diperbolehkan oleh yang namanya dewan pembina KPU Prof DR Jimly Ashidiqie kenapa? karena ini zaman keterbukaan karena ini zaman demokratisasi tidak boleh ada yang ditutup tutupi rakyat umat harus dijelaskan siapa calon pemimpin mereka, maka SARA dibenarkan. Dalam hal ini ada 2 kandidat kita, buka siapa kandidat ini biar umat mengerti biar umat tahu. yang pertama Fauzi Bowo dan Nachrowi. Fauzi Bowo Gubernur dan Nachrowi Wakil Gubernur, Fauzi Bowo Muslim, Nachrowi Muslim, Fauzi bowo Betawi, Nachrowi Betawi. Harus jelas ini jaman keterbukaan calon kedua, Jokowi sama Ahok. Jokowi Muslim tapi orangtuanya Kristen, suku bangsanya jawa. Ahok suku bangsanya Cina, Agamanya Kristen. ini harus dijelaskan bahwa siapa pemimpin agar kita memilih pemimpin tdak seperti beli kucing dalam karung." Jawab: Saya akan menjelaskan sedikit saja yah Mas akrom, karena harus pergi saya. Melihat Rhoma Irama sebagai mubaligh sekaligus timsesnya Foke-Nara, yah, sesuatu yang wajar ramai, yah, Mas Akrom. Tapi saya akan mengomentari isi yang diberitakan media kalau begitu. Kalau kenyataannya Rhoma tidak berkata seperti itu, maka betapa kejinya yang memberitakan info seperti yang diambil Mas Akrom. Tapi jika informasi di media itu benar bahwa itu isi ceramahnya Rhoma, saya setuju dia dipenjarakan saja. Karena melihat isi ceramahnya jelas itu suatu pelanggaran, baik terhadap agama Islam sendiri sekaligus terhadap negeri ini. Isi yang seperti itu, menunjukkan orang yang mengatakan itu tidak tahu agama, hanya sok tahu dan sok alim. Itu sih kelakuannya setan itu. Pertama, SARA dalam Islam, jelas hukumnya haram. Kok malah nyuruh SARA, ya jelas itu bukan pernyataannya seorang mubaligh donk. Jadi, justru haram orang yang mendukung SARA itu dijadikan mubaligh. Dari sudut pandang negara, SARA juga tidak dibenarkan dan itu melanggar undang-undang. Dan, Islam itu melarang seorang muslim memberontak terhadap negaranya yang tidak ada masalah. Membenarkan melanggar undang-undang, itu berarti bisa termasuk upaya memberontak. Karena juga, Islam itu bukan sekedar kopi-paste ayat Quran atau Hadits lalu dipas-pasin atau ditempel-tempelin dengan fenomena menurut praduganya atau nafsunya. Islam bukan sekedar main congkel ayat atau hadits lalu diteriak-teriakkan agar seakan-akan sudah benar. Perilaku seperti itu sama saja perilakunya orang goblok, bukan orang yang tahu agama. Memahami ayat ataupun hadits saja musti ada mekanismenya, apalagi untuk menerapkan pada suatu fenomena, suatu peristiwa, suatu kasus, jadi ya tidak boleh ngawur, tidak boleh serampangan. Ngawur, meskipun mengatasnamakan agama, meskipun mengatasnamakan Tuhan, meskipun menempel-nempelkan ayat atau hadits, tetap saja itu perilaku setan. Isrof plus jahil. Kedua, melihat amal seseorang yang harus dilihat ya sesuatu yang nampak pada diri orang tersebut. Jokowi itu Islam, ya wajib mempercayai Jokowi sebagai orang Islam. Tidak boleh melihat di luar itu, apakah dia itu punya saudara non muslim atau tidak. Kemudian lagi, maksudnya itu apa, dengan bicara memilih kucing dalam karung, kok sampai-sampai ngomogin Jokowi disandingkan Foke dengan menyebutkan begitu? Dzolim, haram! Kucing dalam karung, Jokowi dan Foke, mustinya kalau mau mengupas ya amalnya, sepak terjang kepemimpinannnya, kepribadiannya dengan dilihat kesehariannya. Semisal jujur atau tidak. Mengayomi masyarakat dengan baik atau tidak. Amanah atau tidak. Itu yang dimaksud kucing dalam karung, karena Jokowi dan Foke sama-sama muslim. Barangkali, inti dari sikap saya, jika benar Rhoma menyampaikan seperti itu di dalam Masjid dengan dia mengatasnamakan mubaligh, saya setuju Rhoma dipenjara. Itu agar menjadi teladan bagi mubaligh yang lain agar lebih berikhtiat. Saya juga mengharamkan Rhoma dijadikan mubaligh hingga dia bertobat dan mendalami agama terlebih dahulu. Kukira itu dulu Mas Akrom, nanti lah kalau bicara panjang-lebarnya....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline