Membaca tulisan teraktual hari ini, postingan Mina Garmina yang berjudul "Headline Kompasiana (Kuduga) Hasil Plagiasi," menurutku itu I'tikad baik dalam merespon tulisan Kimi Raikko dengan tulisannya yang menjadi headline berjudul "Tablet Blackberry Playbook Di-Hacker."
Mina Gumina menurut ku bermaksud baik dengan menduga Kimi memplagiasi dari MI, walaupun Kimi sudah menyebutkan link / sumber Reuters. Karena, mungkin Mirna melihatnya apabila yang berlangganan Reuters di Indonesia hanya MI, sehingga ketika ada tulisan Indonesia yang sumbernya Reuters diduga mengambil dari MI. Mungkin saja, Mina Gumina ingin mempertanyakan, jikalau bukan mengambil dari MI, kira-kira Kimi lewat jalur resmi mana sedangkan yang memiliki hak ijin menyebarluaskan di Indonesia dari Reuters hanya MI dan di Reuters ada Terms of Use-nya?
Mengenai persoalan apakah Kimi plagiat, ku kira secara konten Kimi Raikko tidak salah. Karena Kimi jelas mencantumkan sumbernya. Secara konten, Kimi dikategorikan sebagai penerjemah. Karena gaya penyampaiannya berbeda dengan sumbernya (Reuters), Kimi digolongkan sebagai penerjemah bebas bukan penulis asli dan bukan pula sebagai plagiator.
Pendapat ku pribadi, menimbang kemungkinan terburuk, meskipun Kimi Raikko bermaksud baik dengan menerjemahkan artikel dari Reuters untuk disharingkan di Kompasiana, tapi mengikuti Mina Gumina yang juga memiliki I'tikad baik dengan postinyan yang menanyakan Kimi, aku kira ada dua alternative:
1. Apabila Kimi Raikko sudah memegang ijin daro Reuters atau mendapat persetujuan dari pihak yang diberi kewenangan dari Reuters, Kimi tidaklah bermasalah. Jika seperti itu, sebaiknya ditutup saja dugaan dari Mina terhadap postingan Kimi.
2. Tetapi apabila Kimi Raikko tidak memiliki ijin dari Reuters atau tidak memegang ijin dari pihak yang diberi kewenangan dari Reuters, sepertinya postingan Kimi Raikko alangkah baiknya dihapus saja daripada menimbulkan masalah hokum nantinya. Dengan dihapusnya postingan Kimi, aku percaya teman-teman Kompasianer pun akan memakluminya, karena ini tergolong masalah baru selama di Kompasiana, yang bukan kasus plagiat.
Aku sendiri masalah seperti ini pernah melihat. Di Jogja, aku pernah melihat ada penerbit yang di kasus oleh penerbit lain, yang hanya dikarenakan buku terjemah yang dipublikasikan itu dari sumber (penerbit/penulis) yang sama. Penerbit yang dikasus ternyata tidak memegang ijin dari oenerbit ataupun penulis buku sumbernya, sedangkan yang mengkasusnya memegang ijin, sehingga pihak penerbit yang dikasus dituntut membayar sejumlah uang. Ku berpendapat memang media kapitalis pelit-pelit ilmu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H