Lihat ke Halaman Asli

penyemangat

Diperbarui: 8 Desember 2020   22:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

      Terlihat seorang gadis mendekapkan kedua tangan memeluk kedua kaki yang ditekuk mengenakan kerudung hitam disudut kamar asrama. Dengan wajahnya yang sembab, ia memikirkan kejadian sejak tadi pagi yang menimpanya. Pikirannya selalu kacau, tidak hanya satu masalah saja tetapi banyak masalah yang ia pikirkan. Selang beberapa menit kemudian, ia memutuskan untuk menenangkan pikirannya dengan istirahat tidur karena sudah larut malam.

            Salma Luna  namanya, dia terlahir dari keluarga sederhana dan ia ramah terhadap siapapun. Dan ia selalu ceria setiap harinya. Banyak juga teman yang lebih memilih curhat kepadanya karena ia sudah dipercaya oleh teman-temannya.

            Sepasang mata mengerjap ngerjap, matahari terpancar dari balik jendela kamar mengenai bola matanya. Luna terbangun dan ia bersiap akan pergi ke sekolah. Ia berangkat sekolah bersama teman dekatnya. Asramanya tak jauh dari sekolah, hanya beberapa langkah saja sudah sampai. Dari kemarin malam Luna diam saja, Maya awalnya takut bicara sama Luna, tapi akhirnya Maya pun memberanikan diri untuk menanyainya, “lo kenapa kok dari tadi malam diem terus?” tanya Maya dengan sedikit takut.  Luna masih saja terdiam tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan teman disampingnya itu dan ia lebih memilih pergi menuju kelasnya.

            Dari beberapa mapel pelajaran yang luna ikuti sejak tadi pagi, tak satu pun mata pelajaran yang ia ikuti dengan serius karena ia malah memikirkan tentang masalahnya itu. Akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Semua siswa keluar menuju ke kantin, musholla, perpustakaan dan  koperasi, kecuali Luna dan beberapa temannya yang sedang berpuasa. Luna masih duduk termenung di tempat duduk kesayangannya yang berada di baris keempat dekat  jendela. Dia berusaha untuk menemukan jalan keluar yang akan ia lakukan.

            Luna  memang memiliki sifat yang sensitif dari dulu dan kurang percaya diri.  Kemarin, ia sempat sebel sama salah satu temen yang membuatnya jengkel, dan sebab hal itu membuat Luna diam terus. Dia  ingin menyelesaikan masalah ini dengan secepatnya, tetapi ia masih bingung mau melakukan apa. Salah seorang temannya tiba-tiba menghampirinya dari belakang. “Lun aku minta maaf ya, kemarin aku udah berkata kasar sama kamu.” ucap Aina dengan rasa bersalah.

            Luna yang awalnya melamun langsung tersadar dari lamunannya dan menoleh ke sang empunya suara. “Iya nggak papa kok aku juga mau minta maaf .” Jawab luna dengan tersenyum lega.

KRING! KRING! KRING!

            Semua siswa SMA Mahardika Jaya berhamburan keluar dari kelas masing-masing menuju pintu gerbang sekolah untuk pulang. Ditengah perjalanan, Luna dan temannya temannya berbincang-bincang.

            “Besok ada ulangan harian bahasa inggris nggak?” tanya Luna.

             “Kayaknya sih ada.” Jawab Maya dengan agak ragu.

            “Aku denger-denger sih emang ada Lun.” Timpal Aina dengan wajah yakin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline