Lihat ke Halaman Asli

akmal najemi

Sarjana Pendidikan Agama Islam

Hubungan Guru dan Murid Perspektif Kitab Ta'lim Muta'allim

Diperbarui: 3 Oktober 2024   15:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hubungan Guru dan Murid Perspektif Kitab Ta'lim Muta'allim

Oleh: Muhammad Akmal Najemi

Disadur dari buku Membangun Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Adab Oleh Kholili Hasib

Kitab Ta'lim Muta'allim adalah sebuah kitab yang didalamnya memuat tuntunan-tuntunan belajar. Nama lengkap dari kitab ini adalah Ta'lim Muta'allim Thariq at-Ta'allum yang disusun oleh Burhanuddin Ibrahim al-Zarnuji al-Hanafi. Penyusunan kitab ini memiliki latar belakang bahwa sang penyusun kitab ini melihat banyak penuntut ilmu pada masa itu telah bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, namun tidak dapat mencapai hasil yang terbaik. Manfaat dan buah dari ilmu yang sudah dipelajari adalah dapat mengamalkan ilmu dan menyebarkannya. 

Para murid terhalang dari ilmu sebab kesalahan dalam metode mencari ilmu dan mereka meninggalkan syarat-syaratnya. Jika seorang penuntut ilmu telah berada dalam jalan yang salah, maka ia akan tersesat dan tidak akan mendapatkan apa yang dicarinya. Dengan munculnya fenomena ini, al-Zarnuji Menyusun kitab ini untuk menjelaskan tentang tata cara belajar berdasarkan apa yang telah beliau pelajari dari guru-guru beliau yang memiliki ilmu dan hikmah.

Pembahasan dalam kitab ini selain memuat adab-adab murid dalam belajar, juga menjelaskan bagaimana rumusan hubungan antara guru dan murid yang baik dan harmonis. Hubungan yang harmonis antara guru dan murid dapat menjadi factor suksesnya proses transformasi adab ke dalam jiwa murid. Relasi guru dan murid harus berdasarkan pada sifat-sifat yang terpuji yaitu tawadhu', sabar, Ikhlas, dan saling menghormati.

Dalam konteks ini, proses pembelajaran ilmu menjunjung tinggi nilai-nilai otoritas. Dalam kitab Ta'lim Muta'allim, guru merupakan titik sentral dari proses belajar-mengajar. Guru harus bisa menjalaskan tugas pendidikan dan pengajaran dengan baik yang meliputi uswah (keteladanan), mursyid (pembimbing), dan muraqib (pengawas). Pelaksanaan tugas-tugas tersebut merupakan salah satu bentuk dari hubungan ruhiyah antara guru dan murid. Dalam pendidikan Islam, hubungan ruhiyah merupakan sebuah keharusan untuk mempermudah proses internalisasi nilai-nilai adab ke dalam jiwa murid.

Guru harus bisa berperas untuk membersihkan hati murid, mengarahkan, dan mengiringi hari murid untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan mencari rida-Nya. Guru juga harus memiliki kemampuan untuk menentukan prioritas pengajaran bagi murid. Ilmu mana yang didahulukan untuk diajarkan ataupun diakhirkan disesuaikan dengan keadaan dengan standar-standar yang sesuai dengan murid.

Seorang murid harus mempunyai sifat 'iffah (menjaga diri dan menunjukkan harga diri) dan sabar menerima bimbingan guru. Dalam menuntut ilmu, murid harus memiliki rasa cinta terhadap ilmu dan gurunya, hormat kepada guru, menyayangi terhadap sesama penuntut ilmu, dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk menambah ilmunya.

Nilai-nilai adab yang terdapat dalam hubungan antara guru dan murid dalam kitab ini dapat menjadi landasan yang tepat bagi para guru dan murid dalam menjalankan proses belajar-mengajar. Hubungan yang harmonis antara guru dan murid akan memunculkan sifat-sifat dalam diri seorang murid ataupun guru yang sesuai dengan adab-adab dalam Islam. Nilai-nilai adab juga merupakan solusi yang tepat untuk membentuk model pendidikan karakter dikarenakan pendidikan karakter harus berorientasi pada nilai adab. Pendidikan akhlak yang ada dalam kitab Ta'lim Muta'allim ini memiliki nilai-nilai pendidikan ruhiyah yang mengedepankan etika terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline