Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Akmal Latang

Melihat hidup ini dari perspektif sendiri, bukan mata orang lain

Sebut Propaganda Rusia, Jokowi Blunder Lagi

Diperbarui: 6 Februari 2019   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva (CNBC Indonesia/Wangi Sinintya Mangkuto)

Pidato Jokowi terkait Propaganda Rusia yang digunakan untuk kepentingan Pilpres kali ini berbuntut panjang, pasalnya hal ini membuat kedutaan besar Rusia di Indonesia angkat bicara, dalam cuitan akun twitter @RusEmbJakarta (4/2/19), "Kami menggarisbawahi bahwa posisi prinsipil Rusia adalah tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses-proses elektoral di negara-negara asing, termasuk Indonesia yang merupakan sahabat dekat dan mitra penting kami."

Cuitan tersebut merupakan balasan dari pidato Jokowi yang mengait-ngaitkan bahkan menuduh Propaganda Rusia digunakan oleh salah satu pasangan capres (lawan politiknya) hal ini dinilai blunder Jokowi yang kesekian kalinya selama 30 hari terakhir.

Kedutaan besar Rusia juga mengungkapkan bahwa istilah Propaganda Rusia telah direkayasa pada tahun 2016 untuk kepentingan pemilu presiden di Amerika Serikat, jadi secara langsung Jokowi telah melakukan pencemaran nama baik suatu negara sekaligus menggunakan teknik licik untuk menjatuhkan lawan politik seperti yang dilakukan pada pilpres 2016 di Amerika, sekarang siapa yang ikut ikutan?

Tidak sampai disitu, blunder berikutnya ialah kubu Jokowi menuding salah satu kubu capres menggunakan konsultan asing berdasarkan pengamatan mereka saat pidato kebangsaan Prabowo di JCC Senayan, padahal yang hadir pada saat itu adalah perwakilan negara-negara sahabat asia, eropa dan timur tengah yang ingin menyaksikan secara langsung pidato kebangsaan Prabowo Subianto.

Tidak heran jika kunjungan perwakilan negara lain kerap kali mengunjungi Prabowo bahkan hanya sekedar bersilaturahmi, sebagai capres yang belum pernah memegang kendali pemerintahan, Prabowo dianggap memiliki visi yang luar biasa untuk negaranya, terlebih lagi kemampuan komunikasi Prabowo yang menguasai lebih dari 6 bahasa membuat perwakilan asing dapat berinteraksi tanpa perantara, jelas Prabowo menunjukkan bahwa bangsa Indonesia bisa dihormati bisa berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan bangsa lain.

Jadi apa yang salah jika Prabowo sering terlihat berbicara dengan orang asing? Justru yang salah adalah ketika orang yang memiliki kekuatan terbesar di negeri ini tidak mampu bersaing dengan bangsa lain bahkan sampai memberikan keuntungan yang sangat besar dari hasil bumi Indonesia kepada bangsa lain, entah apakah hanya untuk kepentingan pribadi/kelompok ataukah untuk memperoleh pujian/penghargaan dari bangsa lain?

Sebagai penutup "Jika engkau mencari pemimpin carilah yang dibenci, ditakuti atau dicaci maki asing karena itu yang benar. Pemimpin tersebut akan membelamu di atas kepentingan asing itu dan janganlah kamu memilih pemimpin yang dipuji-puji asing, karena ia akan memperdayaimu!" (Ir. Soekarno)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline