Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Akmal Latang

Melihat hidup ini dari perspektif sendiri, bukan mata orang lain

Pidato Prabowo Antara Pesimis dan Realistis

Diperbarui: 18 Desember 2018   18:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prabowo Subianto pada acara Konfernas Gerindra 2018 di SICC. Sumber : GerindraTV

Pidato Prabowo Subianto yang kerap kali membuat panas lawannya kembali dilontarkan pada acara Konferensi Nasional Partai GERINDRA 17 Desember kemarin, Prabowo menyatakan bahwa jika keadaan negara seperti ini dan elit pemerintah di Indonesia selalu melakukan hal yang keliru, maka Indonesia bisa punah.


Pidato tersebut kemudian menuai banyak komentar, termasuk sekjen PSI Raja Juli yang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan pesimisme, ya, pidato tersebut memang pesimisme jika hanya dilihat pada satu sisi, tanpa mengetahui alasannya, Raja Juli sebagai sekjen partai harusnya mengeluarkan pernyataan yang lebih cerdas, bukan menunjukkan cara berpikir yang sempit.

Prabowo dengan jelas mengatakan bahwa negara kita salah urus, dan jika ini dibiarkan maka akan membawa indonesia kepada kepunahan, yang dimaksud kepunahan yakni Indonesia tidak lagi menjadi negara yang merdeka baik secara finansial maupun secara Ideologi.

Hal tersebut tidak dapat dipungkiri, perekonomian kita melemah, sebagian besar kekayaan Indonesia tidak tinggal di Indonesia, bahkan penguasaan lahan dan tanah di Indonesia menurut Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil gini rasio hanya 0,58 (sumber) artinya 1% orang menguasai 59% sumber daya agraria, tanah dan ruang, yang juga berarti 99% rakyat Indonesia hanya kebagian 41% dari sumber daya tersebut, apakah ini bentuk keadilan?

Hal inilah yang ingin diperjuangkan oleh Prabowo Subianto, jika dikatakan pesimis berarti ada upaya untuk menyerah, namun hal ini tidak ditunjukkan oleh seorang Prabowo Subianto, beliau bertekad kuat untuk mengembalikan aset aset negara untuk kesejahteraan rakyat, hal ini dapat dilihat dari cara beliau mengurusi semua organisasi yang dibinanya, serta pencapresan dirinya melawan petahana.

Jadi pernyataan Prabowo pada berbagai pidatonya tidak dapat dikatakan pesimis, namun lebih ke "realistis" bahkan "optimis" karena ada data yang diungkap, serta analisa para ahli yang dibandingkan dengan analisa data dari bank dunia, namun karena ada elit penguasa kekayaan tersebut yang tidak suka data tersebut diungkap, maka dipelintirlah pidato Prabowo lalu dikatakan pesimis.

Perbedaan pesimis, realistis dan optimis memang tipis, pesimis berarti orang yang bersikap dan berpandangan selalu menyerah terhadap keadaan dan tidak lagi memiliki harapan, sedangkan realistis yakni orang yang selalu berpikiran nyata, selalu mengakui kelemahan dan kesalahan, apa yang terjadi itu yang diungkap, sedangkan optimis yakni orang yang selalu menganggap setiap masalah ada jalan keluar serta memiliki semangat yang positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline