Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Akmal Latang

Melihat hidup ini dari perspektif sendiri, bukan mata orang lain

Diboikot, Media Massa Harusnya Introspeksi Diri

Diperbarui: 8 Desember 2018   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Media. Gambar: breakingnews.co.id

    Ramai diperbincangkan terkait pernyataan Prabowo Subianto yang tidak lagi mempercayai sebagian media pertelevisian tanah air, melalui pidatonya pada acara Peringatan Hari Disabilitas 5 Desember kemarin, Prabowo dengan tegas menyindir media yang tidak lagi memberikan berita yang berimbang, bahkan melampau jauh dari kode etik jurnalistik.

Tak bisa dipungkiri, jika melihat headline news, baik melalui media pertelevisian maupun media cetak dan online, sebagian besar dari media tersebut seakan menghipnotis persepsi publik tentang kedua kandidat pilpres yang akan bertarung pada 2019 yang akan datang, Prabowo tentu sudah mengetahui tentang hal ini. 

Namun yang membuat Prabowo tidak simpati lagi yaitu terlalu dininya media menunjukkan sinyal keberpihakannya terhadap satu tokoh, hingga tidak dapat lagi diberikan kepercayaan oleh publik.

Teringat pada aksi luar biasa Reuni 212 di Monas kemarin yang hanya diliput oleh TvOne dan INews menunjukkan kebanyakan media tidak lagi menyajikan pemberitaan yang berimbang bagi seluruh rakyat Indonesia, yang memang merupakan tugas sebuah media pemberitaan meliput kegiatan sebesar itu.

Tidak bisa dipungkiri bahwa warga yang ikut pada aksi tersebut sebagian besar menyatakan dukungan politik pada salah satu capres yakni Prabowo Subianto walaupun Prabowo sendiri menyatakan tidak ingin menggunakan momen tersebut untuk berkampanye namun apakah hal ini bisa dijadikan alasan untuk tidak meliput kegiatan tersebut?

Beberapa pendukung media mengatakan bahwa mereka tidak meliput karena takut akan aksi-aksi anarkisme oleh massa 212, apakah mereka sekejam itu? Lalu kalau memang mereka merasa akan dihadang oleh massa harusnya media tersebut bisa mengevaluasi diri sendiri, apa yang membuat masyarakat banyak yang tidak simpati lagi padanya.

Namun bukannya media meminta maaf atau setidaknya bersikap netral, malah mereka mengeluarkan berita seakan mereka yang menjadi korban, seakan mereka tidak dihargai, padahal merekalah yang memancing hal tersebut, wajar saja Prabowo kemudian melontarkan pernyataan tersebut.

Jadi tidak ada lagi alasan bagi media yang bersikap tidak netral untuk tetap dihargai, ingat pepatah "karena nila setitik, rusak susu sebelanga" pepatah tersebut sama dengan tragedi diatas, yang berpotensi merusak sistem demokrasi di Indonesia dimana media sudah bersikap partisan, sudah memihak, tidak lagi menyiarkan berita berkualitas dan berimbang.

Intinya semua orang memiliki kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak, namun mereka yang berani mengakui kesalahannya serta memperbaikinya adalah manusia yang hebat, bukan melemparkan kesalahan ke pihak lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline