Memasuki masa kampanye, tentunya kedua kubu gencar mencari dukungan dari berbagai organisasi organisasi besar, tak terkecuali ormas Islam terbesar yakni Nahdlatul Ulama Peran ulama sebagai tokoh muslim yang juga mayoritas di Indonesia merupakan sesuatu yang esensial pada Pilpres kali ini, pasalnya jumlah umat muslim di Indonesia menguasai hampir 80% dari total populasi serta didominasi atas 2 organisasi besar yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Beberapa pihak telah mengklaim bahwa anggota yang tergabung Nahdlatul Ulama (Nahdliyin) memegang skala terbesar yakni 40% dari total populasi muslim sedangkan Muhammadiyah sebesar 30% dan sisanya terbagi menjadi beberapa organisasi.
Dukungan para tokoh Nahdlatul ulama sejak memasuki masa kampanye telah terlihat dari berbagai pernyataan para sepuh atau tokoh semisal KH. Muhammad Najih Maimun atau yang kerap disapa Gus Najih memberi dukungannya dalam acara musyawarah ulama bulan September lalu.
Namun walau dukungan terbilang secara pribadi tentunya banyak yang mengambil kesimpulan bahwa seorang tokoh yang memiliki koneksi yang begitu besar juga mampu membuat pengaruh yang besar pula apalagi bagi warga NU, tidak hanya itu, Gus Irvan yang juga merupakan cucu KH. Hasyim Asy'ari bergabung menjadi Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi.
Berbagai alasan diutarakan oleh tokoh Nahdlatul Ulama Gus Najih, diantaranya Prabowo Subianto yang lebih mengutamakan Islam dibandingkan lawan politiknya dan hal ini juga merupakan poin utama dari ijtima ulama, alasan selanjutnya karena Prabowo dianggap lebih memperhatikan kesejahteraan santri dan tokoh agama tersebut juga merupakan anugerah dari Allah yang harus diperjuangkan ungkap gus najih.
Tidak sampai disitu, ia juga mengungkapkan bahwa Prabowo memperjuangkan Pancasila dengan Jiwa Islam, hal ini menandakan rasa nasionalisme Prabowo yang menjunjung tinggi pancasila juga terus membawa nafas Islam yang dipercaya dapat membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
