Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Akmal Latang

Melihat hidup ini dari perspektif sendiri, bukan mata orang lain

Jokowi Mengakui Perekonomian Indonesia Tidak Baik-baik Saja

Diperbarui: 2 Agustus 2018   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ekonomi.kompas.com

Selama beberapa bulan terakhir pidato-pidato Jokowi selalu menyanjung devisit keuangan negara serta menepis segala isu-isu yang mengatakan bahwa Indonesia sedang dalam krisis ekonomi walau apapun buktinya, beliau selalu punya data dari menteri-menterinya, baik alasan kenapa rupiah melemah, kemiskinan bertambah, harga bahan pokok naik, harga minyak naik dan lain sebagainya.

Namun sesuatu yang mengejutkan beliau lontarkan sendiri seusai pertemuan dengan para kepala daerah di istana bogor (26/7), Presiden Republik Indonesia ke-7 ini menyatakan bahwa memang ada masalah yang fundamental pada system perekonomian Indonesia yang harus dibenahi serta sangat berpengaruh terhadap gejolak perekonomian negara secara internasional.

Masalah yang dimaksud Joko Widodo tersebut adalah masalah Defisit Transaksi Berjalan dan Defisit Perdagangan, pasalnya beliau baru menyadari bahwa uang para pengusaha di Indonesia tidak tinggal di Indonesia namun di titipkan di negara lain, menurut pernyataan menteri keuangan yang lalu dikutip dari sumberbahwa potensi Uang Indonesia yang beredar di luar negeri sebesar Rp. 11.000 triliun yang juga nilainya sama dengan 5X lebih besar dari APBN kita saat ini dan hampir sama dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) kita.

"kalau persoalan fundamental ini kita perbaiki, kita akan menuju kepada negara yang tidak terpengaruh oleh gejolak ekonomi dunia" kata Jokowi dalam acara pembukaan rapat koordinasi nasional pengendalian inflasi, di grand sahid hotel, Jakarta Pusat, Kamis, (26/7/2016). Jika diamati perkataan beliau juga secara tidak langsung Jokowi mengatakan bahwa persoalan fundamental ekonomi Indonesia dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Padahal beberapa bulan yang lalu tepatnya Januari kemarin dikutip dari RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) pada  Dokumen Capaian Paruh Waktu 2015-2019 bahwa target pertumbuhan ekonomi naik dari tahun 2018 menuju 2019 sebesar 8% padahal nyatanya pertumbuhan ekonomi hanya mencapai rata-rata 5% saja dikutip dari (politik.Rmol.com, 18/3/2018) ini menandakan bahwa rezim seakan tidak terima dengan kinerja mereka namun belakangan baru mengakui bahwa adanya masalah Fundamental pada mazhab perekonomian Indonesia.

Padahal Prabowo Subianto sebagai Oposisi dari pemerintahan Jokowi  telah berkali-kali memperingatkan dalam pidatonya bahwa keadaan ekonomi di Indonesia tidak baik-baik saja, terjadi kebocoran dimana-mana, kekayaan kita mengalir keluar atau biasa beliau sebut dengan "Net Outflow Of National Whealth", namun entah kenapa Prabowo Subianto hanya dikatakan nyinyir tanpa solusi, apakah memang rezim menutup mata akan hal ini ? ataukah karena sudah terlalu benci dengan sosok Prabowo Subianto sehingga peringatan beliau tidak didengar.

Keluar dari perdebatan siapa yang salah dan siapa yang benar kita sebagai rakyat Indonesia harusnya menyadari bahwa ketika ada yang memberi kritik ataupun peringatan berarti masih ada niat baik dari orang lain untuk melihat kita baik, dan yang namanya kebaikan jangan dilihat sumbernya, jangan hanya karena berbeda pandangan namun kita menyalahkan orang lain dan tidak mau menerima kritik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline