Lihat ke Halaman Asli

sejarah dan biografi presiden soekarno

Diperbarui: 24 Desember 2024   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

 Soekarno, yang dikenal sebagai Bung Karno, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Ia lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya, Jawa Timur, dari keluarga bangsawan Jawa. Ayahnya, Raden Soekemi Sosrodihardjo, adalah seorang guru, sementara ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai, berasal dari keluarga bangsawan Bali. Soekarno mengalami masa kecil yang penuh tantangan kesehatan, sehingga sempat dirawat oleh kakaknya di Tulungagung sebelum kembali ke Mojokerto bersama orang tuanya.

Soekarno menempuh pendidikan di beberapa sekolah, termasuk Eerste Inlandse School dan Hogere Burger School (HBS) di Surabaya. Ia kemudian melanjutkan studi teknik di Technische Hoogeschool te Delft, Belanda. Di sana, ia semakin terpapar pada ide-ide nasionalisme dan mulai terlibat dalam gerakan politik. Pada tahun 1927, Soekarno bergabung dengan Perhimpunan Indonesia (PI) dan menjadi salah satu pemimpinnya. Pada 17 Agustus 1945, Soekarno bersama Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Proklamasi ini menandai lahirnya negara Indonesia yang merdeka setelah ratusan tahun dijajah oleh Belanda dan Jepang. Soekarno kemudian terpilih sebagai Presiden pertama Republik Indonesia dan menjabat dari tahun 1945 hingga 1967.

Selama masa pemerintahannya, Soekarno mengembangkan konsep "Nasakom" (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme), yang berusaha menggabungkan berbagai elemen dalam masyarakat Indonesia. Namun, masa pemerintahannya juga diwarnai dengan berbagai tantangan politik dan ekonomi. Pada tahun 1965, terjadi kudeta militer yang mengakibatkan Soekarno kehilangan kekuasaan dan diasingkan. Soekarno meninggal dunia pada 21 Juni 1970 di Jakarta akibat gangguan ginjal. Ia dimakamkan di Blitar, Jawa Timur. Meskipun perjalanan politiknya penuh dengan kontroversi dan tantangan, Soekarno tetap dikenang sebagai Bapak Proklamasi dan tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Salah satu momen paling krusial dalam sejarah Soekarno dan Indonesia adalah peristiwa Gerakan 30 September (G30S) yang terjadi pada malam 30 September hingga 1 Oktober 1965. Dalam insiden ini, sekelompok anggota G30S menculik dan membunuh enam jenderal Angkatan Darat, termasuk Letnan Jenderal Ahmad Yani. Peristiwa ini dipandang sebagai upaya kudeta terhadap Soekarno dan pemerintahannya, yang diduga dilakukan oleh PKI. Setelah pembunuhan tersebut, Mayor Jenderal Soeharto mengambil alih situasi dan mengklaim bahwa gerakan tersebut merupakan bagian dari rencana kudeta PKI. Setelah peristiwa G30S/PKI, terjadi gelombang kekerasan besar-besaran terhadap orang-orang yang dianggap terlibat atau simpatisan PKI. Diperkirakan ratusan ribu hingga satu juta orang tewas dalam pembersihan ini, yang menandai awal dari era Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Soekarno secara bertahap kehilangan kekuasaannya dan pada tahun 1967, Soeharto secara resmi mengambil alih sebagai Pejabat Presiden. Pada tahun 1968, ia diangkat menjadi Presiden penuh.

Setelah G30S, Soekarno mengalami masa-masa sulit. Pada tahun 1967, ia diasingkan dari kekuasaan dan dipaksa meninggalkan Istana Merdeka dan Istana Bogor. Ia kemudian tinggal di Wisma Yasoo di Jakarta dan mengalami pembatasan ketat dari rezim Orde Baru. Selama periode ini, kesehatan Soekarno menurun drastis; ia menderita penyakit ginjal, jantung, dan tekanan darah tinggi. Meskipun dalam kondisi kesehatan yang buruk, ia terus berusaha untuk mempertahankan suaranya di hadapan publik. Meskipun masa kepemimpinannya penuh dengan kontroversi, warisan Soekarno sebagai Bapak Proklamasi tetap kuat dalam ingatan kolektif bangsa Indonesia. Ia dikenang sebagai pemimpin yang visioner yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan membangun fondasi negara dengan ideologi Pancasila. Soekarno juga dikenal sebagai pencetus Pancasila, dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia. Pada 1 Juni 1945, ia menyampaikan pidatonya di hadapan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan menawarkan gagasan Pancasila. Pancasila kemudian dijadikan dasar negara yang masih berlaku hingga saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline