Lihat ke Halaman Asli

Akmal Fadhel

Universitas Airlangga

Literasi Digital di Indonesia

Diperbarui: 19 Juni 2022   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Membaca merupakan jendela dunia karena dengan banyak membaca, kita dapat mengetahui banyak hal yang tidak kita ketahui sebelumnya.  Semakin banyak membaca, semakin banyak juga pengetahuan yang secara tidak sadar akan membantu diri seseorang dalam melakukan banyak hal yang sebelumnya bahkan belum dikuasai. 

Pengaruh rendahnya minat baca atau literasi yang terjadi Indonesia ini juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kebiasaan membaca yang tidak ditanamkan sejak dini; fasilitas pendidikan yang masih minim dalam memfasilitasi minat literasi; dan karena masih kurangnya produksi buku di Indonesia. 

Literasi digital merupakan salah satu cara untuk meningkatkan minat literasi di Indonesia karena pada masa sekarang, masyarakat lebih banyak menggunakan media elektronik dibandingkan membaca buku. Literasi digital dapat diakses bebas di internet dalam bentuk buku elektronik (e-book), jurnal elektronik (e-journal) atau dalam bentuk artikel yang ada di media online.

Kemudahan dalam mengakses literatur digital diharapkan dapat meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia namun pada kenyataannya, literasi digital memiliki efek negatif yang jauh lebih besar dari efek positif yang diharapkan. Aspek yang dapat diukur dalam literasi digital yaitu dalam dua aspek, satu yaitu pemikiran kritis (critical thinking) dan dan kemampuan komunikatif (communicative abilities). 

Kemampuan dalam berfikir kritis antara lain memahami isi dan fungsi media yang dibaca, melakukan pengecekan terhadap sumber yang dibaca, membedakan situs yang baik atau tidak dan melakukan cross-check pada sumber informasi yang dibaca. 

Faktanya, mayoritas masyarakat indonesia belum memiliki pemikiran yang kritis sehingga banyak dari masyarakat termakan "hoax" atau berita palsu dan menyebarkannya ke individu lain tanpa melakukan cross-check terhadap berita yang disebarkan. Aspek lainnya yaitu kemampuan komunikatif yang diantaranya mampu berpartisipasi dan membangun hubungan sosial. 

Fakta yang terjadi, masyarakat Indonesia ikut berpartisipasi dengan menyebarkan berita tersebut tanpa cross-check terlebih dahulu yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dan juga kesalahan informasi yang disampaikan ke individu lainnya. 

Efek negatif yang ditimbulkan dari literasi digital dapat diminimalisir dengan meningkatkan dua aspek penting tersebut yaitu masyarakat Indonesia mampu berfikiran kritis pada sumber bacaan sehingga tidak terjadi penyebaran "hoax" atau berita palsu yang marak terjadi saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline