Lihat ke Halaman Asli

Mencermati Dinamika Radikalisme, Ekstrimisme, dan Komunisme di Media Sosial

Diperbarui: 12 Januari 2017   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Di era Medsos sekarang ini, banyak diwarnai dengan munculnya berbagai kasus berbasis agama di Indonesia, dengan mengawati media sosial yang ada antara lain facebook, youtube, twitter, blog, WA, telegram dan sebagainya. Setidaknya, beberapa daerah yang dijadikan penelitian berbagai kelompok peneliti ataupun civil society lainnya antara lain Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Pontianak, Makasar, dan Surabaya.

Dilihat dari banyak hasil survei, maka dapat digambarkan mozaiknya secara garis besar yaitu : pertama, mayoritas anak muda tidak yakin bahwa radikalisme dan ekstrimisme agama dimotivasi oleh keinginan syariat Islam sebanyak 75,6% serta tidak setuju kekerasan dilakukan pok agama 88,2%, dengan alasan tidak sejalan dengan nilai-nilai agama 44,3%.

Kedua, akses media sosial dan internet anak muda dilakukan setiap hari 60,4% dan membuka facebook 76,7%, email 58,4% dan akses internet melalui handphone 87,8%.

Ketiga, anak muda Indonesia masih bangga menjadi WNI dengan kebhinekaan 94,5% dengan alasan beragam suku dan agama saling menghormato 29,7% dan masyarakat saling membantu 26,8%. Sementara pihak yang berpengaruh membentuk keyakinan beragama 70,3%, dan guru agama 6%.

Keempat, untuk menghindari radikalisme dan ekstrimisme 24,8% percaya dengan belajar agama, 20,4% jangan terprovokasi dan 10,9% beraktivitas yang positif.

Disamping itu, banyak narasi yang dikembangkan dalam perbincangan bahkan perdebatan ataupun hal-hal berbau hoax di Medsos, mulai dari kepentingan AS vs Tiongkok di Indonesia, demokrasi vs kapitalisme, negara berkembang vs negara maju, muslim vs kafir, keadilan vs liberalisme, Pancasila vs khilafah Islamiyah sampai kepada perbincangan dan meme terkait bahaya kebangkitan komunisme.

Dari berbagai perbincangan tentang radikalisme di Medsos dapat disimpulkan bahwa awal radikalisme antara lain sistem demokrasi yang buruk, kaum kafir adalah musuh yang akan menghancurkan Islam, adanya musuh Islam yang mengancam seperti kafir, komunisme dan liberal, dunia terbagi dua yaitu muslim dan kafir, dan umat Islam didzolimi di daerah mayoritas non muslim. Framing yang ingin dibentuk adalah umat Islam ditindas, didzolimi dan diperlakukan tidak adil. Inilah sebenarnya narasi besar akan radikalisme dan esktrimisme.

Menurut beberapa pakar Medsos, nalar narasi sangat berperan dalam seseorang untuk melakukan ataupun meyakini sesuatu itu atau tafsir atas teks, dan dalam radikalisme yang dilakukan tafsir dalam realitas. Oleh karena itu, interpretasi media sosial tidak pernah memberikan realitas yang sebenarnya sehingga orang sangat mudah percaya medsos tanpa klarifikasi atas narasi-narasi radikal.

Akhirnya, banyak kalangan menyarankan pentingnya bahwa menyadarkan seluruh lapisan masyarakat untuk menyadarkan narasi sejarah bangsa Indonesia sehingga tidak mudah ikut atau mencari narasi lain yang mengingkari sejarah NKRI seperti ingin mendirikan Khilafah.

Kebangkitan Komunisme ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline