Lihat ke Halaman Asli

Sajak dari Murid yang Nakal

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

- untuk Alm. AA Manggeng -


malam tadi,
aku sempat melihatmu untuk terakhir kalinya

kudengar perih keluh sakitmu
dalam suara yang tak bisa kau ucap jelas
tubuhmu lusuh terbujur di atas kasur putih
lirih kau ucap
; Ya Allah, Allahuakbar…

kulihat wajah istrimu kecut
dia begitu kuat dan tetap tegar
meski air mata yang jatuh di sudut pipinya itu
seperti hujan yang mustahil reda
namun, meskipun begitu, ia tetap di sampingmu
Mengejamu kata
; Ya Allah, Allahuakbar…

aku di sudut ruang kecil itu,
melihatmu terbaring menahan sakit
di sisa senja yang tuhan berikan
kau tak tersenyum seperti ketika masih mengajariku
menata kata menjadi sajak yang indah
tapi, kau sedang menahan sakit yang begitu menyiksa
kau hanya bisa mengucap
; Ya Allah, Allahuakbar…

aku tak bisa menahan sasak ini
juga seperti yang dirasakan mereka yang dari tadi sore
menunggu di pintu depan kamar
mendengar lirih dari luar
surah yasin yang dibacakan anakmu
sesekali kau teriak
; Ya Allah, Allahuakbar…

Ketika aku pamit
ada sesuatu yang tak bisa kuterima
rasa yang tak pernah kumengerti sebelumnya

dan
pagi ini, aku mendengar kau telah kembali
pada tempat yang sudah menanti
dalam sajak yang kau susun sebelum pergi
mengaung dan masih membekas dalam hati
; Ya Allah, Allahuakbar…

semoga doa kami yang kecil ini
bisa menjadi teman penerang bagi jalanmu
menuju keabadian Ilahi,

selamat beristirahat, guruku
semoga engkau damai dalam pangkuanNya

27 Maret 2010

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline