Ilmu adalah kunci yang sangat penting dalam kehidupan. Karena ilmu juga menjadi sarana bagi kita untuk memahami dan menjalankan perintah dan larangan Allah kepada kita. Jika seseorang tidak mempunyai ilmu, maka keimanannya tidak sempurna. Karena ilmu merupakan bagian dari syari'at. Sebab untuk menjalani perintah Allah harus sesuai aturan yang sah. Sehingga amalan tersebut dapat diterima di sisi Allah. Begitu pula untuk menjauhi larangan Allah, kita juga perlu ilmu tentang larangan-larangan Allah. Sehingga, kita menjalani perintah dan larangan Allah tidak berlebih-lebihan.
Maka, dapat dikatakan bahwa ilmu termasuk kebutuhan lebih besar manusia daripada makan dan minum. Sebab, jika dibandingkan kebutuhan makan dan minum yang hanya dua sampai tiga kali dalam sehari, kita membutuhkan ilmu setiap saat. Karena dalam keberlangsungan agama dan dunia membutuhkan ilmu.
Dalam menuntut ilmu pun juga membutuhkan ilmu, yaitu ilmu tentang adab menuntut ilmu. Seorang penuntut ilmu harus mengerti tentang hal itu. Karena adab menuntut ilmu sangat mempengaruhi keberhasilan seorang penuntut ilmu, selain itu juga mempengaruhi keberkahan ilmu itu sendiri. Dan ada pun kitab yang menjelaskan tentang adab menuntut ilmu ada banyak sekali. Pada artikel kali ini, penulis akan bersumber dari dua kitab, yaitu kitab Ta'lim Muta'allim karya Imam Az-Zarnuji dan Silakramaning Aguron-Guron
1. Kitab Ta'lim Muta'allim
Kitab Ta'lim Muta'allim merupakan salah satu karya dari Imam Az-Zarnuji yang terkenal di kalangan pesantren. Kitab ini kerap kali dijadikan pedoman oleh seseorang ketika menuntut ilmu. Dalam kitab ini beliau menuliskan adab-adab yang harus dilakukan oleh seseorang ketika ia belajar. Maka, seseorang yang menuntut ilmu diwajibkan memiliki kitab ini. Karena kitab ini akan sangat berguna untuk kesuksesan dan keberhasilan seorang penuntut ilmu, dan menentukan berkah atau tidaknya ilmu yang ia dapatkan.
Imam Az-Zarnuni menjelaskan bahwa seorang penuntut ilmu harus memiliki niat yang baik dalam belajarnya. Karena niat adalah penentu apa yang akan ia dapatkan. Dan seorang penuntut ilmu harus mengutamakan belajar ilmu tauhid terlebih dahulu, daripada belajar ilmu lainnya.
Selain yang sudah dijelaskan di atas, seorang ilmu juga harus memiliki takdzim terhadal ilmu dan ahli ilmu (guru):
a. Seorang penuntut ilmu tidak akan mendapatkan ilmu dan manfaat ilmu melainkan dengan cara menghormati ahli ilmu (ilmu)
b. Seorang penuntut ilmu tidak boleh berjalan di depan guru
c. Seorang penuntut ilmu tidak boleh menduduki tempat duduk guru, tidak boleh mendahului pembicaraan guru tanpa seizinnya, juga tidak boleh banyak berbicara di hadapan gurunya
d. Seorang penuntut ilmu harus memperhatikan waktu, tidak bertanya saat sedang bosan