Suka tidak suka, praktek intoleransi masih sering kita lihat. Entah itu di lingkungan sekitar kita, atau dalam pemberitaan media nasional atau media sosial. Praktek intoleransi ini bermacam-macam, tergantung kepentingan dan konteksnya. Salah satu contohnya adalah kelompok minoritas di Indonesia, hingga saat ini masih saja ada merasakan diskriminasi dan intoleransi, oleh kelompok yang mengklaim dirinya sebagai mayoritas.
Hal semacam itu semestinya tidak perlu lagi terjadi di Indonesia. Satu hal yang perlu di waspadai bersama adalah, ketika memasuki tahun politik seperti sekarang ini.
Di tahun ini, seringkali disalahgunakkan oleh oknum elit politik, untuk saling menjatuhkan elit tertentu. Hal ini dimaksudkan agar elektabilitas turun, dan masyarakat tidak memilih pasangan calon yang menjadi rival.
Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, para pendukung pasangan tertentu, juga ikut menebar kebencian. Mereka juga turut menebar informasi menyesatkan dan provokasi bernuansa SARA. Hal ini harus bisa jadi pembelajaran bersama.
Para partai politik dan elit politik, harus bisa memberikan pendidikan politik yang benar. Tahun politik jangan digunakan untuk menebar kebencian. Tahun politik harus digunakan untuk melakukan cek ricek, beradu ide dan gagasan. Agar Indonesia bisa mendapatkan pemimpin yang tepat.
Jangan teruskan lagi menebar bibit intoleransi di media sosial. Jangan juga menebar kebohongan, demi mendapatkan simpati publik. Indonesia adalah negara besar.
Banyak orang-orang yang bagus, untuk maju sebagai calon pemimpin. Karena itulah, ekosistem yang dibangun haruslah ekosistem yang setara. Biar para calon pemimpin dan timnya ini, juga bisa bersaing secara sehat. Tahun politik tidak boleh saling menjatuhkan. Saatnya saling adu gagasan.
Literasi memang menjadi keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Dengan literasi yang benar, kita akan bisa melihat sebuah peristiwa secara utuh. Dengan literasi, kita bisa mencerna sebuah informasi secara obyektif dan kontekstual. Literasi dalam hal apapun juga penting. Misalnya, ketika provokasi bernuansa SARA , banyak diantara masyarakat yang menjadi korban provokasi.
Dengan memahami agama secara benar, tentu kita akan tidak terlalu menghiraukan jika ada provokasi bernuansa SARA. Dengan literasi digital yang kuat, tentu kita tidak akan mudah percaya dengan informasi yang berkembang di media sosial. Dengan literasi politik yang kuat, tentu kita akan bisa melihat secara utuh terkait dinamika politik yang berkembang.