Hari raya Idul Fitri merupakan hari yang paling dinanti oleh seluruh umat muslim di seluruh dunia. Ibarat lari marathon, idul fitri merupakan titik finishnya. Nah, ketika mencapai titik finish, tentu akan diselimuti rasa senang, bahagia, karena telah menyelesaikan lari marathon. Begitu juga dengan Ramadan, setelah melewati satu bulan, masyarakat tinggal merayakan kemenangannya.
Mari kita jadikan hari raya Idul Fitri ini sebagai momentum untuk melakukan introspeksi. Betul kemenangan harus dirayakan. Namun jika kemenangan tidak diresapi sebagai bagian dari proses, tentu akan percuma saja. Jauh sebelumnya, mungkin diantara kita masih asyik saling caci dan hujat hanya karena persoalan sepele. Mulai sekarang, mari kita tinggal perilaku tersebut. Mari saling meminta maaf dan memaafkan. Di hari raya idul fitri, diharapkan tidak ada lagi bibit kebencian atau bibit intoleransi dalam diri.
Mari kita tetap tanamkan optimisme. Kita semua adalah bersaudara. Dan dalam persaudaraan, tentunya harus ada komitmen untuk saling meringankan, saling menguatkan, dan saling tolong menolong. Idul Fitri mengajarkan kepada kita semangat untuk saling berbagi. Meski mudik tidak bisa, semangat untuk saling berbagi diharapkan tetap bisa dilakukan. Dengan berbagi, bisa saling menguatkan persaudaraan antar sesama.
Dalam implementasinya, memperkuat tali persaudaraan ini perlu untuk terus dilakukan, apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini. Pembatasan masih terjadi. Penerapan protokol kesehatan masih terus diutamakan. Hal ini penting untuk mencegah penyebaran covid-19. Namun, yang terlihat beberapa hari kebelakang tentu sangat miris. Banyak pemudik melanggar anjuran pemerintah untuk tidak mudik. Banyak yang mengkhawatirkan, adanya potensi peningkatan kasus positif covid-19 setelah hari raya idul fitri.
Untuk itulah, segala kesiapan harus benar-benar disiapkan. Setidaknya jika kekhawatiran itu benar, kita masih tetap bisa menjaga optimisme untuk bisa menghadapinya. Bagaimana caranya? Salah satunya mari kita bekali diri dengan literasi yang benar. Karena saat ini terkadang diantara kita masih kesulitan membedakan mana informasi yang benar ataupun hoaks. Apalagi jika kita langsung percaya karena informasi tersebut dikatakan oleh tokoh publik. Tanpa berpikir panjang terkadang kita langsung mempercayainya.
Sekali lagi mari kita introspeksi. Mari kita jadikan semangat Idul Fitri sebagai pembelajaran bersama. Mari rayakan Idul Fitri dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan. Mari kita belajar dari India, yang jumlah kasus positifnya terus alami peningkatan. Salah satunya karena tingkat disiplin masyarakat akan protokol mulai berkurang. Dalam beberapa belakang ini, kita seringkali diperlihatkan bagaimana rendahnya tingkat kedisiplinan masyarakat dalam menghadapi liburan ini.
Jangan rusak keindahan Idul Fitri dengan mengabaikan protokol kesehatan. Jarak bukan halangan untuk tidak bisa bersilaturahmi di masa pandemi. Masih banyak cara yang bisa kita gunakan sementara waktu. Salah satunya adalah silaturahmi virtual. Sekali lagi,mari kita rayakan Idul Fitri dengan tetap memperkuat solidaritas dan persaudaraan antar sesama. Dengan memperkuat keduanya, ucapan dan perilaku kita pun juga akan semakin kuat dalam menghadapi pandemi covid-19 ini. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H