Lihat ke Halaman Asli

Akmal Husaini

suka menjaga kebersihan

Virus Radikalisme Berbahaya, Deteksi Dini Wajib Dilakukan

Diperbarui: 30 Januari 2021   10:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Damai Itu Indah - tribunnews.com

Saat ini semua negara sedang disibukkan untuk mengendalikan penyebaran virus covid-19. Virus yang cukup mematikan ini, tidak hanya membuat banyak orang meninggal, tapi juga merusak sendi-sendi perekonomian karena adanya pembatasan mobilitas orang.

Ketika orang dibatasi mobilitasnya, otomotasi mobilitas barang juga berdampak, akibatnya perekonomian pun jadi terganggu. Keberadaan virus corona ini, tak jauh dengan virus radikalisme. Virus ini tidak hanya bisa membuat seseorang meninggal akibat menjadi pelaku bom bunuh diri, tapi juga bisa merusak persatuan dan kerukunan yang ada.

Untuk bisa meredam penyebaran virus, tentu dibutuhkan Kerjasama semua pihak. Tidak bisa dilakukan secara parsial. Untuk meredam virus corona, semua pihak harus disiplin menerapkan protokol kesehatan. Jika tidak, semua akan percuma.

Begitu juga dengan virus radikalisme, semua pihak harus membentengi diri dengan pemahaman agama yang benar, pemahaman kebangsaan yang benar, dan pemahaman tentang nilai-nilai kearifan lokal dengan benar. Kombinasi ketiganya akan bisa menjadi fondasi dan benteng yang kuat, untuk menangkal virus radikalisme.

Virus radikalisme pada dasarnya bukanlah virus baru di Indonesia. Meski Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat toleran, faktanya masih tumbuh bibit-bibit radikalisme di negeri ini. Kenapa kita perlu memberikan perhatian serius terhadap virus radikalisme ini? Karena akan dari terorisme adalah radikalisme itu sendiri.

Orang tidak akan menjadi teroris jika tidak terpapar virus radikalisme. Orang tidak akan mudah mengkafirkan, jika tidak terpapar virus ini. Dan orang tidak akan mudah melakukan perilaku intoleran, jika tidak terpapar virus ini.

Lalu, bagaimana cara mencegah virus radikalisme ini? Sebenarnya kita punya anti virusnya. Kita punya vaksinnya. Hanya saja untuk menguatkan imun masyarakat dari virus radikalisme ini, perlunya penguatan literasi. Baik itu literasi secara digital atau yang lain. 

Kenapa literasi penting? Agar kita bisa membedakan mana informasi yang benar dan bohong. Literasi juga membuat kita semakin kaya referensi. Kita bisa punya pembanding informasi, untuk bisa dijadikan analisa bersama.

Kenapa sampai ada yang terpapar radikalisme? Karena mereka meyakininya, tanpa mencari informasi pembanding. Contohnya adalah banyak orang yang salah memahami tentang jihad. Kelompok radikal selalu memaknai jihad dengan cara yang salah, dengan cara memilih jalan kekerasan. Alasannya, di zaman Nabi jihad dilakukan dengan cara kekerasan.

Ketika era kemerdekaan, juga sempat digulirkan resolusi jihad untuk melawan penjajah. Jika kita mempelajari agama atau yang lainnya, jangan menelan secara mentah-mentah. Lihatlah berdasarkan konteksnya. Jika dulu, konteksnya mungkin benar. Namun bukan berarti perang itu diperbolehkan. Tidak. Karena menghilangkan nyawa orang lain jelas berdosa.

Nah, dalam konteks sekarang, tentu saja cara-cara kekerasan tidak diperbolehkan. Bekerja saja bisa dimaknai sebagai jihad. Karena esensi dari jihad pada dasarnya perang melawan diri sendiri. Pemahaman yang salah ini masuk dalam kategori virus radikalisme, yang harus kita luruskan. Ingat, tidak ada satupun agama yang ada di negeri ini yang menganjurkan jalan-jalan kekerasan. Jika masih ada yang menganjurkan jalan kekerasan, sudah semestinya harus ditinggalkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline