Lihat ke Halaman Asli

Akmal Husaini

suka menjaga kebersihan

Tinggalkan Narasi Provokasi, Jangan Jadi Generasi Pemecah Belah

Diperbarui: 9 Oktober 2020   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita Indonesia, jalandamai.org

Tak dipungkiri, banyak anjuran bermunculan agar kita sering berbuat baik, banyak anjuran agar kita menjauhi larangan-Nya, banyak anjuran untuk saling menghargai dan menghormati, namun karena manusia adalah gudangnya kesalahan, ada saja perilaku-perilaku manusia yang justru merusak diri dan lingkungannya. Salah satu contohnya adalah yang baru saja terjadi, perihal informasi tentang omnibus law yang berkembang di dunia maya. Akibatnya, banyak orang yang sudah mempunyai bibit kebencian, jadi tersulut dan melampiaskan dengan cara membakar fasilitas umum.

Mungkin kita juga masih bisa mengingat tentang aksi pembakaran beberapa tempat ibadah di Tanjung Balai, Sumatera Utara beberapa tahun lalu. Aksi pembakaran terjadi karena dipicu oleh informasi yang tidak jelas, lalu disebarluaskan di dunia maya dengan bumbu provokasi. Apalagi sentimen SARA dimunculkan, yang kemudian melahirkan amarah masyarakat yang dilampiaskan pada pembakaran tempat ibadah.

Mobilisasi massa dalam jumlah besar memang berpotensi disusupi. Bukan selalu memunculkan isu kambing hitam, tapi kenyataannya penyusup itu seringkali ada. Dulu, kelompok teroris seringkali memanfaatkan potensi keos untuk masuk. Itulah kenapa Indonesia pernah terjadi konflik SARA ketika itu. Dan aksi 212 misalnya, kepolisian juga menangkap penyusup yang diduga merupakan bagian dari jaringan terorisme. Kalau sudah begini? Muncul lagi isu di media sosial, bahwa hal tersebut settingan. Pertanyaannya? Mau sampai kapan kita hidup seperti ini? Setiap hari selalu menaruh curiga, selalu mencari kesalahan orang lain dan mencari kebenaran diri sendiri.

Mari kita introspeksi. Mari saling membekali diri dengan literasi, agar kita terhindar dari provokasi. Sudah terlalu banyak dan sering aktifitas provokasi ini terjadi. Sudah terlalu banyak juga korban yang bermunculan. Bahkan, fasilitas publik yang tidak salah apa-apa pun, seringkali jadi sasaran amuk massa. Kita adalah generasi damai dan Indonesia merupakan negara damai. Kita adalah generasi toleran, dan Indonesia juga sangat menjunjung tinggi toleransi. Tidak ada gunanya, jika semuanya disikapi dengan amarah.

Indonesia adalah negara yang terbentang dari Aceh hingga Papua, yang terdiri beraneka ragam suku, bahasa, agama dan budaya. Semuanya itu masih terjaga hingga saat ini, dalam kerangka negara kesatuan republik Indonesia. Mari kita jaga keutuhan negara ini, dengan tetap mengedepankan nilai-nilai Pancasila. Jika diantara kita membiarkan diri menjadi pribadi yang kosong, dan mudah terprovokasi, maka alangkah rugi negeri ini. Alangkah rugi para pendahulu negeri ini yang telah berjuang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.

Narasi provoksi dan ujaran kebencian di media sosial, jelas tidak ada manfaatnya. Karena itulah mari ditinggalkan sejak saat ini. Mari ganti dengan narasi perdamaian dan ujaran yang menyejukkan, yang bisa menyatukan semua keragaman. Karena kita semua pada dasarnya bersaudara, masyarakat Indonesia. Sebarkanlah nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi perekat dari keragaman ini. Sebarkanlah semangat toleransi dan gotong royong, agar kita tidak lupa akar dan asal muasal kita sebagai bangsa. Dan semoga, di masa pandemi dan kedepan, kita tumbuh menjadi generasi penerus yang punya semangat menyatukan, bukan pemecah belah. Salam persatuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline