Lihat ke Halaman Asli

Akmal Husaini

suka menjaga kebersihan

Waspada Pola Radikalisme dan Terorisme di Sekitar Kita

Diperbarui: 19 Oktober 2019   01:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lawan - merdeka.com

Usai penusukan yang dilakukan pasangan suami istri terhadap Menko Polhukam Wiranto, media massa hampir setiap hari memberitakan penangkapan jaringan terorisme. 

Aksi semacam ini memang seringkali terjadi, dan seakan telah menjadi pola. Jika muncul satu, akan muncul lagi yang lainnya. Seperti menjadi semacam pola. Dan jika ini memang menjadi pola, maka harus menjadi kewaspadaan bagi kita semua.

Mungkin kita masih ingat para napi terorisme yang mencoba mengambil alih Mako Briomob beberapa tahun lalu. Rusuh di dalam sel ini, rupanya menjadi pesan bagi jaringan teroris di luar sana untuk bergerak. Tak lama kemudian, aksi teror bermunculan, diberbagai daerah termasih ledakan bom di beberapa gereja di Surabaya. Yang lebih mengejutkan lagi, bom di Surabaya tersebut dilakukan oleh satu keluarga.

Pekan kemarin, setelah munculnya jaringan JAD yang mencoba menusuk Wiranto, Densus 88 terus melakukan penangkapan dimana-mana. Apakah kelompok teroris ini ingin merencanakan sesuatu, dan berhasil digagalkan Densus 88? Kita tidak tahu. Yang jelas, kemunculan jaringan terorisme ini menunujukkan bahwa bibit radikalisme dan intoleransi di Indonesia masih terjaga.

Dalam kondisi semacam ini, jangan lagi ada penyebaran kebencian, yang bersifat provokasi. Jangan lagi ada penyebaran berita bohong, yang bisa membingungkan masyarakat. 

Ingat, kita adalah manusia ciptaan Allah SWT, yang mempunyai kedudukan yang sama, yang harus bisa saling berinteraksi, mehamai, dan tolong menolong antar sesama. 

Karena Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Karena itulah, interaksi menjadi hal yang wajib dilakukan dalam kehidupan bersosial bermasyarakat.

Kita semua merupakan masyarakat yang pada dasarnya torelan dan terbuka dengan perubahan zaman. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, toleransi yang terjadi di Indonesia menjadi contoh di banyak negara. 

Meski tak dipungkiri, toleransi ini seringkali mendapatkan gangguan dari kelompok intoleran dan jaringan terorisme di Indonesia. Mereka terus menebarkan gangguan dan teror, sehingga kerukunan dan keramahan yang selama ini terjadi berpotensi terganggu.

Karena itulah, hal ini tidak boleh didiamkan. Sekali lagi, jangan diam. Penyebaran propaganda radikalisme di Indonesia harus dihentikan, tidak boleh dibiarkan begitu saja. Jangan menjadi pribadi yang pasif.

Jadilah pribadi yang aktif untuk menyebarkan pesan damai, menyebarkan nilai-nilai kearifan lokal, dan ajakan untuk terus mengedepankan persatuan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline