Lihat ke Halaman Asli

Akmal Husaini

suka menjaga kebersihan

Setop Provokasi dan Hoaks di Medsos dalam Bentuk Apapun

Diperbarui: 30 Oktober 2018   01:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awas Provokasi - chirpstory.com

Entah apa yang salah dalam sebagian masyarakat kita. Di era milenial dimana perkembangan teknologi informasi begitu pesat, nampanya tidak diimbangi dengan budaya literasi yang kuat. Bahkan, budaya sharing sebelum saring, nampaknya sudah menjadi kebiasaan buruk sebagian masyarakat. 

Dalam berbagai kejadian, selalu saja ada yang memanfaatkan dengan cara menebar berita bohong dan provokasi. Dan karena perilaku ini pula, tidak sedikit dari masyarakat yang menjadi korban provokasi.

Hal-hal semacam ini umumnya sering dilakukan untuk kepentingan politik. Jelang pilpres 2019 ini saja, ketika memasuki awal kampanye, provokasi antar pendukung dari pihak petahana dan oposisi, terus menguat di dunia maya. 

Mulai dari muncul situs skandal perselingkuhan yang diduga dilakukan oleh salah satu paslon, hingga muncul lagi kasus hoax yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet. Tak cukup sampai disitu, kasus pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid, juga masih menuai pro kontra hingga saat ini.

Bahkan, untuk urusan bencana seperti gempa dan tsunami di Palu saja, juga sempat muncul berita hoax. Tak ketingglan, kubu oposisi juga mulai membandingkan penanganan korban bencana di era Jokowi dengan era sebelumnya. Sementara kubu petahana, juga tak mau kalah untuk saling menyerang. 

Bencana yang terbaru, jatuhnya pesawat lion air, juga masih ada yang sempat-sempatnya menyebar hoax. Dan lagi-lagi, menghubungkan dengan tagar 2019 ganti presiden, karena di era kepemimpinan sekarang ini banyak sekali bencana yang melanda Indonesia.

Entah apa yang salah dengan kita selaku masyarakat Indonesia. Berbagai macam suku yang tersebar dari Aceh hingga Papua, tidak ada satupun yang mengajarkan untuk saling membenci. Berbagai macam agama yang ada di Indonesia, juga tidak ada yang menganjurkan untuk saling membenci.

Bahkan semua agama yang ada di Indonesia mengajarkan cinta kasih, toleransi dan tetap menghargai keberagaman. Dalam berbagai adat dan budaya yang ada, tidak ada semangat mencari kejelekan. Justru semangat gotong royong yang begitu kuat di seluruh wilayah Indonesia. Karena itulah hampir setiap suku yang ada, mengenal istilah gotong royong.

Ingat, provokasi dan berita bohong berpotensi memberikan dampak negative bagi kita dan negeri ini. Dalam konteks bencana atau musibah, bisa memicu terjadinya kepanikan secara massal. Dalam konteks kerukunan antar umat beragama, provokasi dan hoax bisa memicu terjadinya konflik SARA. 

Kasus pembakaran tempat ibadah di Tanjung Balai, Sumatera Utara, tahun kemarin, menjadi contoh betapa buruknya provokasi dan hoax jika menyebar di media sosial. Rendahnya literasi dan menguatnya provokasi bernuansa SARA, membuat masyarakat yang awalnya ramah mendadak berubah menjadi pemarah.

Mari kita jaga kerukunan dan keberagaman yang telah ada. Mari kita jaga Indonesia dari segala pengaruh buruk. Dan mari kita saling introspeksi diri. Jika masih memelihara bibit kebencian dalam diri, saatnya untuk membuang jauh-jauh. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline