Siapa yang menyangka jika santri bisa jadi finalis dalam ajang nasional yang diselenggarakan oleh Menpora. Santri yang populer dikenal sebagai peserta didik yang hanya bersembunyi untuk ditempa di sebuah tempat yang disebut pondok, bisa menjadi finalis pada ajang ini?
Siapa yang menyangka, santri yang "kata orang" kurang informasi tentang perkembangan, bisa bertahan pada karantina duta?
Banyak ketidak mungkinan yang akan menjadi pertanyaan orang-orang ketika itu terjadi. Namun meski pun demikian, Andi Annida Mukaddas bisa melaluinya. Dia sudah mengurung diri di pondok pesantren selama 2 tahun. Sejak tamat SMP, dia memutuskn untuk melanjutkan studi di Pondok Pesantren Modern Darul Mahfudz Lekopadis. Pondok pesantren yang baru berusia 5 tahun yang terletak di Kec. Tinambung Kab. Polewali Mandar Prov. Sulawesi Barat.
Dari kurang lebih 2.000 peserta di seluruh Indonesia, santriwati MA Darul Mahfudz ini berhasil meraih predikat 200 terbaik yang lolos masuk babak karantina.
Annida mengungkap perjuangan yang dilalui hingga menggapai predikat finalis.
"Tiga pekan karantina itu berat, saya sempat berniat mengundurkan diri pada pekan kedua," keluh Duta Potensi Pemuda Indonesia ini.
Selama karantina, dia mengaku memperoleh banyak ilmu tentang kepemudaan. Kompetisi terbuka jelas menjadi salah satu tantangan berat baginya. Apalagi peserta karantinya sebagian merupakan pemuda yang sudah berstatus mahasiswa.
Meskipun demikian, santriwati dari Pondok Pesantren yang didirikan oleh Dr. H. Muhammad Dinar Faisal ini tetap bisa bertahan. Hingga pada akhirnya sukses menjadi finalis dengan menyandang status Duta Potensi Pemuda Indonesia perwakilan Prov. Sulawesi Barat dari Menpora.
Beberapa prestasi Andi Annida, Perwakilan Sulbar dalam ajang Pospenas tahun 2023 pada lomba pidato Bahasa Inggris, Penulis 8 buku fiksi, Editor pada 2 buku fiksi yang berjudul Beautiful Petals dan Jalur Jihad., Juara 2 lomba Flog tingkat Provinsi untuk kategori SMA/MA sederajat dan beberapa lomba lainnya. (akm)