Lihat ke Halaman Asli

Dari Ban Sampai ke Hati

Diperbarui: 21 Juli 2015   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

DARI BAN SAMPAI KE HATI
Oleh Akku_Bukkan_Superhero

Terik mentari yang cerah mulai menerangi tanaman-tanaman disekitar pekarangan. Mentari bercahaya terang benderang namun diriku tak seterang mentari. Semuanya terasa terburu-buru. Awal permasalahannya, aku bangun kesiangan karena tidur larut malam dan kecapekan melakukan aktivitas kemarin. Ketika aku bangun sudah menunjukkan waktu pukul 5 pagi , sehingga aku tidak solat subuh berjamaah. Dan jadwal yang sudah dipersiapkan dan kujadwal menjadi berantakan.

Setelah solat subuh, aku segera ke dapur untuk mengolah jamur tiram menjadi jamur crispy. Aku membuat jamur crispy untuk dijual dan kutitipkan ke kantin sekolah. Hari ini aku membuat sebanyak 50 buah jamur crispy lalu ketika sudah beres,kuantar jamur tersebut ke kantin yang biasanya kutitipkan. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 7 km. Aku biasanya naik motor revoku yang berwarna biru untuk menuju ke tempat itu. Sekitar 25 menit perjalanan pulang-pergi.

Setelah 100 meter dari kantin SD tersebut, kendaraanku terasa berat , makin lama makin berat. Perasaanku tidak enak mnegenai motorku. Aku menengok ban bagian belakang, dan banku bocor..
“ Oh my tire is flat.” ternyata benar perasaanku, gumamku

Dan secara spontan aku mengeluh, Ya Allah sudah bangun telat, ditambah bocor lagi padahal aku harus kuliah, aku mengeluh dan rasanya ingin marah saja dengan keadaan ini. Dengan berat hati, aku menuntun motorku di jalan raya sambil menengok kanan-kiri, melihat adakah tukang tambal ban. Lalu aku bertanya kepada salah seorang yang melewatiku.
“ Bang tambal ban deket sini mana ya?”
“Oh itu mas lurus aja dari jalan ini, dikiri jalan nanti ada tukang tambal ban.”kata orang tadi.

Lalu kulanjutkan menuntun motorku dalam keadaan mesin menyala supaya tidak teralu berat aku menuntunnya, Lalu ketika sudah ditempat yang dIberi tahu oleh abang tadi,ternyata tutup.
“Oh ya Tuhan,,kug tutup taw?trus aku kudu pye?aku galau,hari ini sial bener dirimu iznha” keluhku

Clingak-clinguk kekanan dan kekiri,sejauh mata memamndang, tak terlihat tukang tambal ban, yang kulihat hanyalah warung makan,toko baju dan kantor, adanya tempat makanan perut padahal aku mencari tempat makanan ban. Lalu aku tanya lagi sama abang tukang becak.
“Bang becak bang,hehe?” bertanya sambil bercanda
“Bukan mau naik becak bang tapi saya mau tanya, tukang tambal ban selain sini, mana ya Bang?” tanyaku
“Oh tukang tambal ban tah? Tak kiro tukang tambal panci?hehe,” kata tukang becak
“Kamu nyebrang jalan ini lalu jalan 75 meter, kiri jalan depan kantor kecamatan banjarmasarin?”,kata abang becak sambil menunjukan arah dengan tangan kanannya.
“Ok, terimaksih bang?” kataku
“Astaga,cukup jauh lagi ku harus menuntun motor kesayanganku ini,apa boleh buat,mau tidak mau harus kesana daripada kaki ini lumpuh gara-gara nuntun sampai rumah, Hmmm.”peluhku sambil menyeka keringat di dahi,
***

Tukang tambal ini sedang sibuk memperbaiki ban depan yang bocor,ketika ku sampai di hadapannya. Kulihat di pinggir jalan masih ada 2 buah motor yang sakit yang minta diperbaiki. Aku mendapat nomor urut 3.
“Ya ampun,harus nunggu lama nih,sudah capek nuntun, harus antri pula, Sampai rumah jam berapa ya nanti? Padahal harus berangkat kuliah.”gumamku sambil duduk dibangku yang sudah disediakan.

Selang beberapa waktu, giliran motorku menghadap Tukang tambal ban yang sudah siap melayani para pasien motor untuk dibedah.
“Pak,yang bocor ban bagian belakang ya,pak?” Kataku
“Oh iya, mbak.”kata tukang tambal ban

Ketika memandang-mandangi lokasi tukang tambal ban, aku baru sadar bahwa peralatan yang digunakan tambal ban ini berbeda dan lebih komplit dengan tukang tambal yang lain yang selama ini aku temui.
“Dari mana,mbak?”Tanya tukang tambal kepadaku
“Dari kampung punggawan ,pak. “ Jawabku
“Oh ,daerah situ,ya? yang deket Pasar Nongko kan?”
“Iya,pak .betul. nilai seratus buat bapak.hehe.” jawabku sambil bercanda
“Siapa namamu mbak?”
“Saya iznha,pak.” Menjawab tanpa balik bertanya
“Mbak,hasil tambalan yang sebelumnya ini benjut-benjut, tidak matang.” Kata tukang tambal ban sambil menunjukkan ban tersebut.
“Apa iya sih pak?”Kataku
“Iya betul,liat saja,ini buktinya”
“Oh,iya.”
“Kok bisa seperti itu ya, pak?”
“Iya bisa donk, tidak matang karena pada proses pemanasan itu kurang sempurna,alhasil jadinya seperti yang mbak iznha lihat sekarang.”
“Oh begitu ya, saya baru tahu” kataku
“Sudah berapa lama,pak? Jadi tukang tambal ban?” Tanyaku
“Sudah 20 tahun,mbak saya jadi tukang tambal ban. Alhamdullilah selama saya jadi tukang tambal saya syukuri,mbak iznha. Itu hasilnya dari jerih payah jadi tukang tambal ban.” Sambil menunjuk rumah bertingkat sekitar 200 meter di seberang jalan.”
“Subhanallah,luar biasa, tukang tambal ban saja rumahnya bertingkat.” batinku memberontak tidak percaya.
“Kalau bekerja atau berusaha harus professional,mbak iznha. Jangan bekerja asal-asalan,sak kerepe dewe apapun pekerjaannya.

Karena kalau asal-asalan nanti rugi sendiri. Dan tekunilah pekerjaanmu,cintailah pekerjaanmu. Ya seperti hasil tambal ban yang tidak matang tadi. Kalau orang sudah tahu hasilnya tidak memuaskan seperti ini, apa ya mau kembali lagi nambalin ke tempat yang tadi?”
“Ya tidak,pak. Kan hasilnya mengecewakan.” jawabku
“Benar,kan? Kamu masih muda, jadi kamu harus berusaha secara professional. Maka kamu akan beruntung, hasilnya pasti memuaskan,tidak mengecewakan pelanggan.”
”Iya pak,siap laksanakan!,hehe” berkata sambil hormat dengan tangan.
“Saya tidak hanya asal bicara tentang keprofesionalan dalam usaha, tapi keprofesionalan ini sudah saya lakukan. Lihatlah peralatan saya ini.” sambil menunjukkan alat tambal ban.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline