Lihat ke Halaman Asli

Catatan di Meja yang Sunyi

Diperbarui: 11 November 2024   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pin.it/wugpOcHIE

Di hadapan meja belajar yang sunyi, sebuah ritual kecil dimulai---sejenak menarik napas panjang, menatap kertas kosong yang menunggu untuk diberi makna, di tengah pencarian sebuah judul yang melahirkan kembali rasa ingin tahu. Setiap kata yang tergores tak hanya sekadar tinta di atas kertas; ia adalah upaya melangkah ke dalam labirin pikiran, tempat keresahan, asa, dan mimpi bercampur aduk menjadi satu.

Ada saat-saat di mana pikiran mencoba melawan, berlarian tak tentu arah, membuat catatan keresahan yang tertuang bagai alur sungai yang enggan mengikuti jalur. Aku pun mendapati diriku terjebak di antara tuntutan untuk menemukan jawaban yang sudah ada dan desakan untuk membiarkan segala gagasan mengalir. Kadang, saat pena berhenti, diam di sana terasa bagaikan lantunan yang sunyi, bising dalam ketenangan. Seringkali, aku bertanya, apakah yang sebenarnya aku cari?

Dalam keterhanyutan ini, aku menyadari bahwa mungkin tugas kita bukanlah menemukan kata-kata sempurna, melainkan membiarkan setiap gagasan bermuara pada makna yang ditemukan di akhir perjalanan. Seolah-olah judul yang kucari bukanlah titik awal, melainkan titik temu di ujung petualangan. Dan ketika aku berani untuk melepaskan kekangan, sebuah pemahaman sederhana muncul: bahwa makna tidak selalu harus dicari dalam lembar-lembar catatan, terkadang ia bersembunyi dalam jeda, di antara tarikan napas yang tertunda.

Terkadang, kita tak perlu mencari jawaban di awal perjalanan; biarkan keresahan menuntun kita, karena makna sering bersembunyi di antara jeda yang sunyi dan tarikan napas yang tertunda.

Jadi, di hadapan kertas yang mulai penuh dengan goresan kata, aku menyadari bahwa judulnya pun telah berbisik dengan sendirinya---ia adalah perjalanan yang tak pernah kutahu akan membawaku sejauh ini, menuju suatu pemahaman baru yang tak pernah kupahami sebelumnya. Di meja yang sunyi ini, segala keresahan kini mereda, bertransformasi menjadi aliran yang menghantarkan aku pada jawaban: bahwa makna adalah perjalanan tanpa akhir, yang kita ukir dan temukan dalam kesunyian jiwa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline