"Bima Sakti". Begitu nama punggungnya kala masih aktif menjadi pemain sepakbola.
Sekarang ia menjadi pelatih timnas U-17 Indonesia. Pelatih yang terkenal ramah, sederhana dan religius ini tentunya tidak asing lagi bagi para pecinta sepakbola tanah air. Ia merupakan pemain yang sudah malang melintang di liga Indonesia serta bersama timnas Indonesia.
Sejak muda, Bima Sakti telah menunjukkan bakatnya sebagai seorang bintang, terbukti saat umurnya 16 tahun, dirinya masuk dalam skuad PON Kaltim pada tahun 1989. Setelah itu, Bima Sakti langsung bergabung dengan tim junior Persisam Samarinda.
Karir Bima Sakti semakin meroket ketika dirinya merasakan atmosfir liga negara eropa dengan bergabung bersama Helsinborg IF, salah satu klub top di liga Swedia. Disana, Bima Sakti dikontrak selama semusim (1995/1996) setelah sebelumnya ia menampilkan kualitasnya bersama timnas Primavera yang berlaga di Italia pada tahun 1993.
Sekembalinya ke tanah air, Bima Sakti membawa PSM Makassar juara Liga Indonesia (1999/2000) serta menjadi pemain terbaik dalam ajang tersebut. Tahun 2016, saat usianya 40 tahun, Bima Sakti memutuskan pensiun dan melanjutkan karirnya di dunia kepelatihan.
Karir kepelatihan Bima Sakti dimulai ketika ia ditunjuk PSSI mendampingi Luis Milla sebagai assiten pelatih timnas U-23 tahun 2017. Tugasnya sangat penting dan berat, selain membantu Luis Milla dalam pengenalan karakter sepakbola Asia, Bima Sakti juga menjadi jembatan para pemain untuk beradaptasi dengan strategi Luis Milla.
Duetnya bersama legenda sepakbola Spanyol itu hanya menorehkan perunggu di ajang SEA GAMES 2017 Malaysia, serta duduk di 16 besar pada ajang Asian Games 2018. Setelah itu, suasana timnas Indonesia menjadi sulit. Rakyat Indonesia haus gelar juara dan PSSI seperti sedang datang bulan.
Kontrak Luis Milla tidak diperpanjang, yang akhirnya membuat Bima Sakti dipercaya menukangi timnas Indonesia pada ajang AFF 2018. Sayang, kepercayaan itu tak berbuah manis. Timnas Indonesia gagal total. Tidak lolos semifinal dan berada di peringkat paling bawah pada fase grup.
Takdir tak dapat ditolak. PSSI kembali mempercayainya dan menunjuknya sebagai pelatih U-16 timnas Indonesia tahun 2019. Tak sedikit masyarakat yang meragukan dan meremahkan Bima Sakti setelah kegagalannya di AFF 2018 bersama timnas senior.
Namun, seorang bintang selalu tau apa yang harus dilakukan. Meski sakit, ia tetap rendah hati dan selalu tenang. Justru setelah kegagalan dan rasa sakit atas keraguan masyarakat membuat Bima Sakti menjadi 'sakti'. Performa timnas U-16 dibawah tangannya perlahan-lahan meningkat.
Ia juga punya metode tersendiri dalam mendidik dan melatih para pemainnya. Selain memahami taktik dan strategi sepakbola, ia juga menanamkan pelajaran etika, moral serta agama dalam skuadnya. Para pemain diwajibkan menghafal ayat-ayat kitab suci sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.