*Berdasarkan kisah nyata
Jayapura
Suara jangkrik semakin nyaring terdengar seiring dengan semakin sunyinya suara. Suara kendaraan yang lalu lalang di jalan semakin sedikit. Ia melihat jam di ponselnya. Sedikit lagi jam satu dini hari. Namun ia belum bisa tertidur. Meski sudah berusaha. Di kepalanya terus terngiang obrolannya tadi saat makan malam bersama ayah.
"Nak, untuk SMA, ayah sudah daftarkan kamu di sekolah Putri Darul Istiqamah." Kata ayah sambil menyendok makanan.
"Di mana itu, Yah?" Tanya Atfilla sambil meletakkan sendoknya di atas piring.
"Di Maros, Nak. Di Sulawesi Selatan."
"Sulawesi??!!"
"Iya, Nak, di kampung Oma. Di sana ada Oma nanti yang akan sering menjenguk kamu."
"Yah, aku tak bisa berpisah dengan ayah. Aku tak pernah berpisah dengan ayah. Aku tak bisa, Yah."
"Iya, Nak, ayah tahu. Ayah juga tak bisa berpisah dengan kamu. Tapi ini untuk masa depan kamu. Ayah ingin anak ayah jadi penghafal Al-Qur'an yang kelak bisa membahagiakan ayah dan Oma." Ayah berhenti makan lalu memeluknya. Keduanya berpelukan sambil menangis.