Lihat ke Halaman Asli

Mudzakkir Abidin

Seorang guru yang suka menulis

Berbuka dengan Rokok

Diperbarui: 8 Juni 2022   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber galeri pribadi

Di sini, rasa persaudaraan dan kekeluargaan mereka setebal asap rokok yang mengepul dari setiap mulut.
Sangat hangat. Sehangat ruangan yang penuh asap.


Saya selalu merasa senang di sini.
Saya yakin itu bukan bentuk ketidakhormatan mereka pada tamu, justeru itulah bentuk jamuan mereka yang terbaik.


Rokok menjadi penganan teristimewa yang tak pernah tersisa di piring.
Saya menghitung, setiap orang dalam 15 menit bisa menghabiskan 2-3 batang.


Asap menyelahi tiap bibir yang komat-kamit berbicara dalam bahasa Makassar khas Jeneponto. Saya bahkan bisa melihat asap itu menyempil di antara gigi-gigi berkarat yang tersenyum.


Saya hanya kebetulan tamu yang tak merokok. Sendiri. Di antara belasan pria. Mereka tahu, saya tak merokok.
Pembicaraan mereka lepas, tak menentu topiknya. Tapi saya tertarik pada rokok hingga menanyai tuan rumah.
"Sehabis buka puasa, saya tak biasa makan malam. Makan malam setelah isya. Biasanya hanya merokok. Bisa sampai tiga bungkus sampai tidur malam."jawabnya penuh bangga.


"Balas dendam yah..."kataku.
Ia tersenyum saat saya selesai mengatakan itu.
"Selama 28 hari Ramadhan ini saya sudah menghabiskan 10 pack rokok..." tambahnya dengan bangga.


Apa yang ia ucapkan mungkin tak berlebihan sebab batang rokoknya belum habis dihisap saat ia mulai membakar rokok baru lagi.
Nyaris tak tak ada jeda buat paru-paru untuk mengonsumsi udara bersih.
Bayangkan betapa 'hebatnya'.

Ada yang unik di sini saat buka puasa di masjid. Saya tak pernah melihatnya di tempat lain. Rokok ikut menjadi hidangan selain kue-kue manis dan sirup. Dan hanya rokok yang piringnya diedarkan ke jamaah. Untungnya saya tak melihat ada yang menjadikan rokok sebagai pembuka puasa.


Sebagian besar keluar masjid untuk menghabiskan sebatang rokok sebelum ikut magriban berjamaah.

Owh iya, ternyata mereka semua bisa meninggalkan rokok saat puasa.
"Apakah ada keinginan kuat untuk merokok saat puasa?"
Tanyaku pada tuan rumah lagi.
"Tidak. Tidak ada sama sekali..."
"Owh, berarti setelah puasa itu hanya sugesti."
Ia tampak tak paham maksudku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline