Lihat ke Halaman Asli

Mudzakkir Abidin

Seorang guru yang suka menulis

Hijrah dari Riba

Diperbarui: 7 September 2021   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

*Niat Hijrahku Dari Utang Riba*

Setelah meninggalkan kota Palu untuk tinggal di kota Makassar, aku ingin menjual rumah yang aku tinggalkan di sana.

Aku berniat menggunakan hasil penjualannya untuk membayar sangkutanku pada bank ribawi.
Aku sudah bertekad untuk tak lagi punya kaitan dengan riba.

Namun rumahku belum laku-laku bahkan setelah lima tahun aku iklankan. Hingga saat aku sudah merasa berada di puncak harapan dan doa pada Allah setelah lima tahun tanpa kejelasan.

Dan keajaiban pun terjadi. Tak berselang lama, ada seseorang menghubungiku lewat telepon. Ternyata ia ingin membeli rumahku. Ia ingin membayarnya tunai. Persis seperti harapanku.

Aku terbang ke Palu bersama calon pembeli itu. Dan melakukan transaksi. Setelah semua selesai, aku pulang lagi ke Makassar.

Butuh beberapa hari untuk mentransfer uangnya karena masalah limit nominal transfer perhari. Sampai kemudian lunas. Setiap ia habis mentransfer, setiap itu pula uangnya langsung aku gunakan untuk membayar utang.

Beberapa hari kemudian setelah transaksi terjadi bencana gempa dan tsunami di Palu. Aku dikabarkan lewat telepon oleh orang yang pernah mengontrak rumah yang telah terjual itu bahwa rumah itu terkena likuifaksi sehingga bergeser dari tempat semula. Jarak pindahnya bahkan sekitar 100 meter. Rumah itu tak bisa lagi digunakan.

Aku sangat bersyukur sekali. Tapi juga khawatir pada orang yang telah membelinya. Aku meneleponnya. Ternyata ia dan keluarganya sehari sebelum bencana pergi meninggalkan kota Palu. Mereka semua selamat. Alhamdulillah.

Tapi tetap saja perasaan tak enak padanya membayangiku. Di saat saya sangat beruntung, bisa dibayangkan betapa tidak beruntungnya ia dengan hancurnya rumah itu. Meski tetap disyukuri keselamatannya beserta keluarga.

Aku menawarkan bantuan padanya. Ia meminta kembali uangnya. Namun aku bilang uangnya telah habis digunakan membayar utangku. Tapi aku siap mengembalikannya dengan dicicil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline