[caption id="attachment_52479" align="alignleft" width="98" caption="kitab-kitab melayu klasik"][/caption] Ajaran Islam sudah mendarah daging bagi Rakyat Aceh, yang mempengaruhi segala segi kehidupannya dan penghidupannya. Termasuk segi kehidupan kesusastraan, sehinnga jiwa keislaman sehingga menjadi khas hikayat atau sastra Melayu Aceh. Adapun yang menjadi khas antara lain 1. Dimulai dengan Bismillah: hikayat selalu dimulai dengan nama Allah Bismillahir Rahmanir Rahim, seperti yang menjadi kelaziman bagi para pengarang Islam. Kemudian baru diiringi dengan pujian kapada Allah, selawat kepada Rasulullah, selanjutnya diiringi dengan sifat-sifat Allah dan tugas-tugas Rasulullah. 2. Tokoh-tokoh utama manusia taat: tokoh-tokoh utama yang bermain dengan hikayat selalu digambarkan sebagai manusia yang taat kepada Allah. Berakklak mulia, berwatak pahlawan , berhati budiaman, berpendidikan Agama yang sempurna. 3. pengaruh sastrawan perang: syair-syair para pahlawan perang di zaman Nabi, seperti karya Hassan Bin Tsabit, Ka’ab Bin Malik dan Abdullah Bin Rawahah. Telah mempengaruhi sejumlah ulama sastrawan Melayu Aceh, sehingga mereka tampil sebagai penyair perang terkenal dalam arena Kesusastraan Melayu di Nusantara kita ini. Seperti Tengku Muhammad Pantee Kulu (chiek pante kulu), Abdul Karim (Do Karim), Tengku Chiek Abbas Kuta karang, Tengku Muhammad Saman Tiro dll. Di Aceh pernah muncul zaman yang bernama ” Epic Era”, masa kepahlawanan. Dari merekalah lahir kesusastraan Epos (hikayat jihad) yang telah menggemparkan dunia penjajah. Seperti [caption id="attachment_52482" align="alignnone" width="108" caption="kitab melayu Aceh"][/caption] a. Hikayat Perang Peringgi, yang diciptakan akhir Abad ke XIV M, yang telah membangkitkan semangat jihad rakyat Aceh untuk melawan portugis yang telah mejajah malaka dan lain-lainnya di Semenanjung Tanah Melayu, dan telah menduduki beberapa tempat di pesisir Aceh. b. Hikayat Perang Kompeni, yang diciptakan oleh seorang ulama pahlawan yaitu Do Karim, hikayat tersebut dikarang Akhir Abad ke XIX M, yang melukiskan perang Rakyat Aceh yang sangat heroik itu. c. Hikayat Prang Sabi, yang juga diciptakan pada akhir Abad ke XIX M. Oleh Tengku Chiek Pante Kulu, untuk membangkitkan semangat perang sabilillah Rakyat Aceh melawan penjajah Belanda, yang menurut penilaian orang-orang ahli bahwa Hikayat perang sabilillah ini kalau tidak melebihi, sekurang-kurangnya menyamai Illias dan Odyssea, karya sastra epos yang diciptaka pujangga Homerus di zaman ”Epis Era” yunani sekitar tahun 900-700 SM. Dari uraian di atas jelaslah bahwa kesustraan melayu Aceh pada hakikatnya adalah kesustraan Islam, atau setidaknya yang bersemangat dan berjiwa Islam. Tidak dapat diragukan lagi, bahwa Kesusastraan Melayu Aceh yang bersemangat dan berjiawa Islam telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi pembinaan dan kesusastraan Melayu Indonesia. Dinukil dari buku Sejarah Antropologi Sastra Aceh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H