Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Akhtar

writing.

Paruh baya

Diperbarui: 20 Desember 2022   11:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Langkah sepatu nya terdengar lagi dari kejauhan, aku meringkuk di bawah kolong jembatan. Dia seorang pria paruh baya yang selalu lontang-lantung tak karuan membawa golok setiap malam mencari gelandangan kecil untuk menjadi kacungnya di sore hari.

Tubuhnya yang kurus tinggi kulit kecoklatan itu memancarkan tatapan yang gelap. Aku salah satu gelandangan yang selalu menjadi targetnya.

Pria paruh baya itu berkata, "keluarlah dari sarang kecilmu itu," sambil lalu langkah kakinya semakin terdengar dekat, ia berkata seperti seolah-olah tahu dimana tempat persembunyianku berada. Ketika suasana semakin mencekam dan suara langkah kaki itu berhenti tepat dihadapan ku, aku menahan napas agar tidak terdengar olehnya dan berharap melarikan diri dengan selamat. 

Tetapi harapan itu hanya angan angan biasa, dia menampakkan jemarinya suaraku keluar tanpa aba-aba dariku sekalipun. Lalu ia berkata, "Ayo keluar dari sana dan bermainlah dengan mereka," ucapnya sambil menarik pergelangan tanganku dengan keras golok yang ia bawa sudah menghilang seolah aku hanya berdelusi tentang itu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline