Lihat ke Halaman Asli

Akun Kompasianaku: Setelah Vakum 6 Bulan

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis itu ada bosannya, tentu saja. Walaupun banyak orang mengaku hobi menulis, adakalanya jenuh pun melanda. Itu juga yang saya alami sejak akhir bulan Mei 2012 kemarin. Berulangkali saya mengalami "Misteri Kertas Putih', yakni layar laptop tetap putih karena tangan ini tak kunjung bisa mengetik. Musababnya adalah karena merasa "mentok", mau nulis apaan ya? Tidak terasa, sudah 6 bulan berlalu. Semalam, rasa rindu menulis membuncah begitu saja.

Jika kemarin-kemarin urusan pekerjaan mampu menjadi peredam hawa ingin menulis, kali ini tidak. Pekerjaan memang tidak akan pernah ada habis-habisnya. Bekerja Sabtu Minggu, atau Bekerja Siang Malam, kalau diikuti tak akan pernah usai. Saya yakin hal ini juga dialami oleh rekan-rekan semua. Terkadang saya berpikir, seharusnya antara pekerjaan dengan hobi tidak saling menghalangi. Dengan bekerja yang berujung pada kemapanan finansial, urusan hobi seharusnya menjadi lebih mudah.

Bayangkan sebuah hobi yang dikerjakan sambil perut keroncongan? Ya kan rasanya aneh dan miris, bukan? Sebagian besar orang (termasuk saya) akhirnya menyalahkan waktu. Waktu yang 24 jam yang merupakan anugerah Tuhan yang paling adil kita jadikan tumbal atas segala kegagalan dan unek-unek kita. Anugerah yang paling adil? Tentu saja! Mari kita lihat, Pak Presiden dengan segala keruwetan urusannya diberi waktu 24 jam, sama dengan Si Pengangguran di sudut sana. Teller cantik di bank yang sibuk setengah mati menghitung uang diberi waktu yang sama 24 jam dengan Si Pengemis pinggir jalan. Bedanya, Teller cantik menghitung uang kertas baru sementara Pengemis menghitung uang receh.

24 jam, ya..sehari semalam dinikmati secara merata oleh jutaan orang di dunia. Kalau mereka yang dalam 24 jam tidak bisa tidur karena terlalu sibuk ya itu mah DL (derita loe). Sama juga mereka yang 24 jam gak ngapa-ngapain dan akhirnya tidak pernah punya apa-apa, itu juga urusan masing-masing.

Kembali pada tema kevakuman menulis, ya jelas ini risiko saya. Jika dalam 6 bulan saya tidak menulis selembarpun sementara orang lain sudah berbuku-buku ya nasib..Lesson learn yang saya rasakan adalah, ternyata rasa jenuh dan semangat itu indah jika muncul pada waktunya.

Kebon Sirih, 20 November 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline